Bangunkan Sahur dengan Drum, Tradisi Turki Selama Ramadan

Ali Buldu, salah seorang pemain drum Turki, mengakui masih sedikit anak muda yang tertarik untuk melestarikan tradisi nenek moyang.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 07 Jun 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2017, 10:00 WIB
Kelompok anak muda Turki tengah bermain drum selama bulan Ramadan untuk membangunkan warga muslim untuk sahur (AP)
Kelompok anak muda Turki tengah bermain drum selama bulan Ramadan untuk membangunkan warga muslim untuk sahur (AP)

Liputan6.com, Ankara - Di kegelapan malam, saat jalanan di Kota Istanbul Turki tengah sunyi sepi, Ali Buldu memukul drumnya untuk membangunkan masyarakat untuk menjalankan sahur.

Dikutip dari laman The Sandiego Union Tribun Rabu (7/6/2017), sebagian besar warga Turki telah mengetahui bunyi yang dihasilkan oleh drum tersebut sebagai pertanda bahwa telah dimulainya waktu sahur dan masyarakat seketika akan segera terbangun dari tidurnya.

Pria berusia 55 tahun tersebut mengenakan pakaian tradisional bernama Utsmani. Pakaian tersebut sangat unik dengan kombinasi rompi bermotif bordir tradisional khas Turki, ditambah dengan penutup kepala dengan aksen serupa.

"Ini adalah tradisi yang harus dilestarikan. Hal ini sudah ada sejak zaman nenek moyang kami dan ini akan terus saya sampaikan kepada generasi berikutnya," ujar Buldu.

Sekitar 2.000 pemain drum berkeliaran setiap Subuh di Kota Istanbul selama bulan Ramadan. Saat keluarga Muslim telah tertidur, kelompok mereka berjasa untuk membangunkan warga. Meski terlihat melelahkan, tapi para pemain drum tetap bergembira saat tumpah ruah di jalanan.

"Drum Ramadan telah ada sejak zaman Utsmani," kata Buldu.

Buldu memiliki keponakan laki-laki yang bernama Emrah. Pria berusia 23 tahun tersebut juga tergabung dalam tradisi nenek moyangnya.

Sepanjang tahun, Buldu beserta kerabat dan teman-teman lainnya mendapatkan imbalan berupa uang saat bermain drum di acara pernikahan. Namun, selama bulan Ramadan mereka mengandalkan kemurahan hati dan kepada warga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Selama bulan Ramadan, kami tidak memiliki pekerjaan karena tidak ada yang melangsungkan acara pernikahan," ujar Buldu.

"Jadi selama bulan Ramadan kami meminta imbalan sesuai keinginan dari warga dan kami selalu berdoa kepada Tuhan semoga warga yang memberi kami sedikit rezekinya selalu diberikan keberkahan," ujarnya.

Rata-rata pemain drum di Istanbul berusia 40- 50 tahun. Kebanyakan anak muda tidak tertarik dengan aktivitas ini dan memilih untuk mencari pekerjaan yang lain.

Terkadang beberapa pemain drum veteran khawatir tradisi ini akan lenyap dan malah diganti dengan suara alarm dari jam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya