Liputan6.com, London - Agama Islam menyunahkan para umat yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan untuk berbuka dengan yang manis, yang bisa diterapkan pada konsumsi buah-buahan dan aneka kudapan ringan.
Namun, apa sebenarnya alasan dibalik sunah tersebut jika dilihat dari sudut pandang kesehatan?
Menurut Dr. Kaseem Halmar dari University of Warwick, sebagaimana dikutip dari Nutrition.org.uk pada Kamis (24/5/2018), selama hampir 14 jam menjalankan ibadah puasa, tubuh tidak mendapatkan asupan cairan dan sari makanan.
Advertisement
Baca Juga
Hal tersebut mengakibatkan kadar gula dalam darah menurun, dan berisko membuat tubuh kekurangan sumber energi, di mana memicu kondisi lemas pada beberapa jam menjelang berbuka.
Sebagaimana diketahui, sumber energi pada tubuh manusia dihasilkan dari asupan karbohidrat yang diubah menjadi gula oleh insulin.
Oleh sebab itu, menurut Dr. Kaseem, berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis sangat dianjurkan, guna menyeimbangkan kembali kadar insulin, sehingga dapat melanjutkan produksi energi.
"Namun harus diingat bahwa tetap ada batasan untuk konsumsi makanan dan minuman yang manis, yaitu lima persen dari total jumlah asupan kalori," ujar Dr Kaseem menjelaskan.
Â
Simak video pilihan berikut:
Â
Â
Anjuran Menyantap dalam Porsi Wajar
Selain itu, sangat tidak dianjurkan untuk berbuka secara "kalap", atau langsung minum dan makan dalam jumlah banyak. Hal ini disebut dapat menyebabkan jantung dan hati bekerja lebih berat.
Dianjurkan oleh Dr Kaseem, bahwa sebaiknya minum atau makan kudapan manis dalam porsi sewajarnya, baru kemudian satu atau dua jam setelahnya mengonsumsi makanan berat.
"Walaupun makan dan manis dianjurkan dikonsumsi selama menjalankan ibadah puasa, namun tidak berlaku saat sahur," ingat Dr Kaseem.
Menurutnya, hal itu dikarenakan ketika mengonsumsi minum dan makanan manis secara berlebih, maka kadar gula dalam darah segera naik.
Hal itu mendorong insulin terus menggenjot produksi energi, sehingga membuat tubuh terasa cepat lelah.
"Intinya sederhana, makan apapun, entah itu manis atau tidak, tetap harus dikontrol," tukas Dr Kaseem menyarankan.
Advertisement