Ritual Keramas Unik Warga Atinggola Saat Ramadan

Warga di Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, punya tradisi unik yang dilakukan saat Ramadan.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 07 Mei 2019, 17:15 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2019, 17:15 WIB
Ritual Mandi Saat Ramadan
Foto: Arfandi Ibrahim/ Liputan6.com

Liputan6.com, Gorontalo - Warga di Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, punya tradisi unik yang dilakukan saat Ramadan. Mereka kerap menyuci rambut menggunakan ramuan tradisional pengganti shampo. Ramuan itu dibuat dari bahan-bahan campuran kelapa parut, daun jeruk lemon, daun kunyit, dan beberapa daun wangi lainnya. 

Taufik Bimbing, warga setempat kepada Liputan6.com, Senin (6/5/2019) mengatakan, bahan alami tersebut dicampur ke dalam batok kelapa sebagai wadahnya. 

"Batok itu kemudian dipanaskan sampai keluar wangi," ungkap Taufik.

Menurut Taufik ritual keramas ini biasa dilakukan selama minggu pertama Ramadan. Keramas dilakukan di sungai yang ada di sekitar Kecamatan Atinggola.

"Kami melaksanakan ritual ini di sungai secara berjamaah, mulai dari anak-anak hingga orang tua datang melakukan pengeramasan secara bersama-sama," ujarnya.

Sejak usia dini, Taufik mengaku sudah mengikuti tradisi dalam rangka menyambut Ramadan itu. Ia diajari para orangtua di Atinggola, meski saat itu hanya sebatas ikut-ikutan.

"Saya memang belum mengerti makna di balik ritual itu. Namun saya menikmati saat kami berkumpul di sungai untuk keramas bersama teman dan keluarga," katanya.

 

Ritual Mandi Saat Ramadan
Foto: Arfandi Ibrahim/ Liputan6.com

Membersihkan Diri

Ritual Mandi Saat Ramadan
Foto: Arfandi Ibrahim/ Liputan6.com

Sementara itu, Alfian (29) mengaku ritual itu sebagai simbol menyambut kesucian bulan Ramadan. Saat bulan suci, maka manusia juga harus mensucikan atau sekadar membersihkan diri.

Alfian mengibaratkan, ritual itu seperti menyambut seorang kekasih yang datang dari kejauhan, sehingga mesti disambut dengan kesucian dan tubuh yang berbau wangi.

"Masyarakat di sini menggunakan dua sungai untuk mandi. Kami menyebutnya "Bota ia Damba" dan "Bota ia Diti" dalam bahasa Atinggola, artinya sungai kecil dan sungai besar," ujar dia.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya