Kenali Gejala Jemaah Haji Alami Demensia, Ini Cara Mencegahnya

Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muhammad Imran mengatakan, kasus-kasus jemaah haji lansia yang mengalami disorientasi seperti minta pulang saat di pesawat.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 06 Jun 2023, 09:30 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2023, 09:30 WIB
Petugas PPIH Arab Saudi Daker Makkah melayani jemaah haji lanjut usia (lansia) saat hendak umrah.
Petugas PPIH Arab Saudi Daker Makkah melayani jemaah haji lanjut usia (lansia) saat hendak umrah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah jemaah haji lanjut usia (Lansia) atau usia di atas 60 tahun mencapai 45 persen dari total 221.000 kuota haji tahun ini. Demensia menjadi salah satu penyakit yang rentan terjadi pada jemaah lansia.

Berdasarkan laporan petugas pelayanan kesehatan haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada sejumlah jemaah haji Lansia mengalami demensia setelah tiba di Madinah. Tenaga kesehatan haji (TKH) pun segera melakukan pendampingan kepada pasien hingga pulih dan mengajaknya untuk bersosialisasi dengan rekan jemaah yang lain untuk mencegah demensia.

Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muhammad Imran mengatakan, kasus-kasus jemaah haji lansia yang mengalami disorientasi seperti minta pulang saat di pesawat, kemudian masih menganggap berada di kampung saat tiba di Tanah Suci, biasanya terjadi karena demensia.

Demensia biasanya diikuti dengan gangguan cara berpikir, seperti disorientasi tempat, disorientasi waktu, dan disorientasi orang-orang di sekitarnya. Gejala-gejala yang bisa terlihat di awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami, kemudian sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya ke embarkasi atau ke Tanah Suci.

“Demensia ini merupakan fenomena jemaah haji Indonesia tahun ini karena tahun ini memang jumlah jemaah haji Lansia lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Imran pada konferensi pers secara virtual, Senin (5/6/2023).

Pada jemaah yang mengalami demensia, perlu diberikan stimulasi kognitif. Dikatakan dr Imran, stimulasi dapat dilakukan dengan mengajak pasien ngobrol dan bersosialisasi. Selanjutnya tenaga kesehatan haji melakukan pendampingan terhadap pasien untuk mencegah terjadinya demensia.

Jemaah yang mengalami demensia akan langsung dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah untuk mendapatkan terapi stimulasi kognitif. Biasanya setelah terapi ini, ingatan pasien akan pulih kembali.

Imbauan Tetap Waspada Demensia

Petugas mendorong kursi roda jemaah haji lansia yang baru tiba di Kota Makkah setelah sebelumnya tinggal sembilan hari di Madinah. Tahun ini ada sekitar 67 ribu jemaah haji lansia yang diberangkatkan ke tanah suci.
Petugas mendorong kursi roda jemaah haji lansia yang baru tiba di Kota Makkah setelah sebelumnya tinggal sembilan hari di Madinah. Tahun ini ada sekitar 67 ribu jemaah haji lansia yang diberangkatkan ke tanah suci. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Kendati begitu, Imran menekankan, setelah pasien pulih harus tetap diwaspadai karena demensia ini sewaktu-waktu bisa muncul terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi.

Bagi jemaah lansia sangat disarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji. Karena hal itu dapat memicu kelelahan ataupun terjadi dehidrasi akibat paparan cuaca panas di Arab Saudi.

“Jemaah Lansia memang masih bisa kita cegah terjadinya demensia, artinya jangan sampai menimbulkan gejala disorientasi. Salah satu pencegahannya adalah dengan stimulasi kognitif, caranya bisa dengan mengajak jemaah haji itu bercerita. Para pendamping jemaah diimbau untuk selalu mengajak mereka bersosialisasi, berdoa, zikir bersama, kemudian hindari yang bisa menyebabkan jemaah lansia menjadi lelah,” tutur Imran.

Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo memberikan sejumlah imbauan bagi jemaah haji agar lancar dan sehat beribadah haji.

Ia meminta seluruh jemaah haji Indonesia terutama Lansia dan yang mempunyai risiko tinggi (Risti) kesehatan untuk tidak memaksakan diri melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Sesuaikanlah dengan kemampuan masing-masing dalam beribadah.

Beri Pendampingan terhadap Jemaah Lansia

Petugas Layani Jemaah Haji Lansia
Jemaah haji Indonesia kelompok terbang (kloter) pertama terus berdatangan di Bandara Amir Mohammed bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, Rabu (24/5/2023). (Foto:Liputan6/Nafiysul Qodar)

Kemudian bagi jamaah haji mandiri yang sehat agar turut mengawasi dan memberikan pendamping terhadap jemaah Lansia dan Risti.

"Kami juga minta jemaah haji mewaspadai cuaca panas di Arab Saudi dengan selalu menggunakan alat pelindung diri seperti payung, masker, kaca mata hitam, semprotan air, dan alas kaki, saat berada di luar hotel. Jadi semprotan air pun juga digunakan jika mereka mulai merasa kering di kulitnya supaya tidak terjadi iritasi di kulitnya," ucap Kapus Liliek.

Ia juga mengimbau kepada jemaah haji untuk selalu minum air minimal satu gelas atau 200 ml per jam. Minum air ini harus dilakukan secara rutin tanpa harus menunggu haus.

Bagi jemaah yang memiliki penyakit komorbid agar minum obat teratur sesuai anjuran, dan memeriksakan diri secara rutin ke tenaga kesehatan haji.

"Jika ada keluhan badan kurang sehat segera hubungi petugas kesehatan terdekat, siapapun petugas kesehatannya, supaya nanti bisa segera diberikan tindakan," tutur Kapus Liliek menandaskan.

Infografis Sebaran Wilayah Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah
Infografis Sebaran Wilayah Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah. (Infografis: Kemenag)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya