Di Muka Bumi Itu Harus Tertawa, Jangan Cemberut, Ini Bahayanya kata Gus Baha

Bahaya cemberut diungkap oleh Gus Baha. Boleh jadi sifat itu mencerminkan seseorang tidak menerima qadla dan qadarnya Allah SWT.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jun 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2024, 07:30 WIB
KH. Ahmad Bahauddin (Gus Baha)
KH. Ahmad Bahauddin / Gus Baha (Instagram)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah yang tersohor sebagai manusia ahli Al-Qur’an KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha membahas perihal sikap manusia saat menjalani kehidupan di dunia fana ini.

Menurut murid Mbah Moen, hidup di dunia itu harus gembira yang salah satunya termanifestasikan dengan tertawa dan tidak boleh bersedih.

Pasalnya dosa tertawa itu hanya dicap urakan. Tidak demikian halnya dengan dosanya orang susah, boleh jadi termasuk ke dalam orang yang tidak menerima qadla qadarnya Allah SWT.

“Dosanya ketawa paling banter itu urakan, tapi dosanya orang susah itu kalau meleset itu tidak ridlo dengan qadla dan qadarnya,” katanya dikutip dari tayangan YouTube Short @arrumidesain88, Minggu (16/06/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tertawa Sebagai Bentuk Wujud Syukur

Gus Baha AI
Gus Baha (TikTok)

Gus Baha pun kembali menandaskan bahwa tertawa sebagai wujud rasa syukur, merupakan hal yang tidak apa-apa.

“Saya ulangi lagi, dosanya ketawa itu urakan, itu kalau hitungannya disebabkan urakan, kalau disebabkan syukur tidak apa-apa,” terangnya.

Lain hanya dengan dosa orang yang cemberut, maka boleh jadi menandakan tidak ridlo dengan qadla dan qadarnya Allah SWT.

“Tapi kalau dosanya orang cemberut sekali meleset itu tidak ridlo dengan qadla dan qadarnya Allah SWT,” tandasnya.

Jikalau demikian, maka terkait dengan orang yang tidak menerima qadla dan qadarnya Allah SWT, maka Allah menegaskan untuk mencari tuhan selain Dia.

“Padahal ancamannya itu, man lam yardla biqadla’i falyatlub rabban siwa’i (orang yang tidak ridlo dengan qadla dan qadar, cari tuhan selain aku!” terang santri kinasih Mbah Moen ini.

Ditambah lagi jika tidak ridlo dengan ketentuan Allah SWT, maka Allah akan mengusir orang tersebut untuk tidak meninggali bumi ciptaan-Nya.

“Masih ada lagi, wal yakhruj min tahtil ardli wassama’i (jangan tinggal dibumiku!),”

“Bumi yang bikin Aku kon mrengat-mrengut terus, lha kalau bisa buat hidup senang,” pungkasnya.

Cara Hidup Bahagia

Ilustrasi bekerja, semangat, motivasi, bahagia
Ilustrasi bekerja, semangat, motivasi, bahagia. (>Image by nakaridore on Freepik)

Menukil NU Online, semua manusia pastinya menginginkan hidupnya bahagia. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut, termasuk dengan bekerja keras dalam mencari nafkah.

Namun tantangan hidup di dunia yang penuh dengan dinamika kerap membuat kita tidak bahagia, bahkan sering kecewa. Banyak harapan dan ekspektasi yang tak sesuai dengan kenyataan.

Rasa kecewa yang bertumpuk dapat disertai dengan rasa gelisah, cemas, bahkan putus asa, yang dapat berpengaruh pada semangat hidup dan kesehatan, baik fisik maupun mental. Sebagai umat Muslim, bagaimana kita dapat menggapai kebahagiaan tersebut?

Tentu kita akan menjawabnya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasulullah saw. Dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 97 Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ  

Artinya: Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS an-Nahl: 97).

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya