Liputan6.com, Jakarta - Dikisahkan, dalam sebuah kejadian pada acara di Jakarta, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha menyampaikan pandangannya terkait pemahaman sebagian orang mengenai sunah Rasul.
Ia mengungkapkan pengalaman saat melihat sebagian hadirin keluar dari sebuah forum hanya karena seorang kiai yang berbicara tidak mengenakan celana cingkrang.
"Pernah ya di Jakarta, ada satu acara yang datang seorang kiai. Pakaiannya biasa saja, ada yang memakai sarung, ada yang bercelana. Ketika mulai memegang mikrofon, separuh hadirin tiba-tiba keluar," ujar Gus Baha.
Advertisement
Ia menambahkan, bahwa alasan mereka keluar cukup sederhana, yakni karena sang kiai tidak mengenakan celana cingkrang. Bagi mereka, itu dianggap tidak mengikuti sunah Rasul.
"Ketika saya ditanya oleh salah satu dari mereka, 'Pak Baha, kenapa Anda masih mendengarkan mereka? Mereka tidak mengikuti sunah Rasul karena tidak bercelana cingkrang,' saya memberikan jawaban yang santai," ungkap Gus Baha dalam tayangan video yang dikutip di kanal YouTube @ghazalianschool.
Gus Baha menegaskan bahwa Rasulullah adalah seorang yang hafal Al-Qur'an, dan dirinya juga seorang hafiz. Dengan demikian, menurutnya, ia sudah mengikuti sunah Rasul dalam hal yang lebih esensial dibanding sekadar pakaian.
"Saya jawab begini, Rasulullah itu hafal Qur'an, dan kebetulan saya juga hafal. Jadi saya sudah mengikuti sunah Rasul. Kalau kalian ingin mengikuti sunah Rasul seperti saya, ya hafalkan Al-Qur'an. Kalau hanya soal celana cingkrang dan jenggot, itu gampang banget," ujarnya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Kalau Sunah Bikin Potong Celana Jadi Cingkrang Itu Gampang
Gus Baha menyindir bahwa memangkas celana agar menjadi cingkrang jauh lebih mudah dibanding menghafal Al-Qur'an. Namun, sebagian orang justru lebih mementingkan hal yang mudah ketimbang berusaha memahami agama secara lebih mendalam.
"Motong celana itu gampang banget, pelihara jenggot juga gampang banget. Tapi, kenapa malah yang mudah itu yang dijadikan patokan utama sunah Rasul?" katanya.
Menurut Gus Baha, banyak orang hanya memahami sunah Rasul dalam aspek lahiriah, seperti pakaian dan tampilan fisik, tetapi mengabaikan esensi ajaran Islam yang lebih dalam.
"Mereka berpendapat sunah Rasul itu celana cingkrang dan jenggot panjang. Padahal, yang lebih penting itu adalah bagaimana memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pemahaman agama seharusnya tidak hanya sebatas pada simbol atau atribut tertentu, tetapi lebih kepada esensi ajaran Islam yang mengutamakan akhlak dan pemahaman terhadap wahyu.
"Kalau hanya sekadar tampilan fisik, itu tidak cukup untuk menentukan apakah seseorang sudah menjalankan sunah Rasul atau belum," katanya lagi.
Gus Baha juga menyoroti bagaimana perbedaan budaya dan tradisi dalam berpakaian seharusnya tidak menjadi tolok ukur utama dalam menilai seseorang.
"Islam itu agama yang luas, tidak terbatas pada pakaian atau model tertentu saja. Seharusnya, kita memahami Islam secara lebih menyeluruh, bukan hanya pada hal-hal yang tampak di permukaan," tuturnya.
Ia menekankan bahwa sunah Rasul lebih dari sekadar aspek fisik. Sunah Rasul sejati adalah bagaimana seseorang mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.
Â
Advertisement
Mau Sunah Ya Begini
"Kalau memang mau ikut sunah Rasul, ya hafalkan Al-Qur'an, pahami isinya, dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari," tegasnya.
Dalam pandangan Gus Baha, menghafal Al-Qur'an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih berharga dibanding hanya mengikuti gaya berpakaian tertentu.
"Sunah Rasul itu ada dalam Al-Qur'an dan hadis. Kalau kita hanya terpaku pada hal-hal yang terlihat, kita bisa kehilangan esensi dari ajaran Islam itu sendiri," jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa tidak ada larangan untuk bercelana cingkrang atau memelihara jenggot. Namun, menjadikan itu sebagai satu-satunya tolok ukur sunah Rasul adalah sebuah kesalahan dalam memahami ajaran Islam.
"Bukan berarti saya melarang orang bercelana cingkrang atau berjenggot. Silakan saja. Tapi, kalau itu dijadikan ukuran keislaman seseorang, itu keliru," katanya.
Gus Baha mengajak umat Islam untuk lebih fokus pada pemahaman agama yang lebih dalam daripada hanya memperdebatkan hal-hal yang bersifat simbolik.
"Kita harus lebih banyak belajar dan memahami agama dengan lebih luas. Jangan hanya terpaku pada hal-hal yang bersifat lahiriah saja," ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa pemahaman yang sempit terhadap agama bisa menyebabkan perpecahan di antara umat Islam sendiri.
"Kalau kita terus-menerus memperdebatkan hal-hal kecil, kita akan kehilangan hal-hal besar dalam agama ini," tegasnya.
Gus Baha berharap umat Islam dapat lebih mengutamakan substansi ajaran Islam daripada hanya fokus pada penampilan luar.
"Mari kita lebih mendalami Islam dengan hati yang bersih dan pikiran yang terbuka," pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)