Iwet Ramadhan Curhat Sulitnya Mendesain Batik Motif Phoenix di Botol Susu

Iwet Ramadhan mengaku sudah mengajukan batik motif phoenix sejak 2016, tetapi kerap ditolak.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 03 Okt 2019, 15:03 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2019, 15:03 WIB
Iwet Ramadhan Curhat Sulitnya Mendesain Motif Batik Phoenix di Botol Susu
Kain gendongan batik bermotif burung phoenix yang dirancang Iwet Ramadhan. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya dikenal sebagai presenter, Iwet Ramadhan juga punya keterampilan mendesain batik. Ia bahkan memiliki merek tersendiri yang fokus pada batik tulis. Namun, bukan berarti ia tak mendapat tantangan saat mengajukan desain.

Baru-baru ini, jebolan Arsitektur Universitas Parahyangan tersebut mengaku harus berkali-kali ditolak kala mengajukan kreasi motif batik phoenix dan sulur untuk botol susu. Menurut kliennya, motif phoenix terkesan galak sehingga kurang ramah bagi bayi.

"Motif ini sebenarnya sudah muncul dari 2016, tapi Mba Anis (General Manager Marketing Division Pigeon) selalu nggak mau. Ia bilang ini burung galak. Matanya galak, paruhnya galak. Padahal, ini cantik banget," kata Iwet.

Iwet bersikeras mengajukan motif phoenix alias lok can karena secara filosofi menggambarkan kekuatan dan keanggunan perempuan. Namun, ia harus berulang kali mengajukan desain sebelum diterima sang klien.

Iwet Ramadhan Curhat Sulitnya Mendesain Motif Batik Phoenix di Botol Susu
Iwet Ramadhan menghadiri jumpa pers peluncuran botol susu dan peralatan makan bayi bermotif batik. (dok. Pigeon/Dinny Mutiah)

Ia pun memodifikasi bentuk phoenix yang menengok ke belakang dan matanya menutup sehingga menyamarkan tatapan galak. Sementara, paruhnya dibuat lebih melengkung ke bawah agar tidak terlalu tajam. Biru dan merah yang dipilih terinspirasi dari warna bangbiron khas batik Lasem.

"Ini menggambarkan perempuan ada sombongnya, kuatnya, tapi masih cantik," kata Iwet.

Setelah desain diterima, Iwet masih harus mengatasi persoalan produksi. Pasal, membuat cecek alias titik putih tidak bisa lebih dari dua milimeter.

"Aku jadi belajar teknik produksi dari situ. Lagi pula, nggak semua warna bisa karena pilihan warnanya terbatas. Kita pakai pewarna food grade," ujarnya.

Iwet bukan pertama kali mendesain motif batik untuk produk botol susu dan peralatan makan bayi. Ia sudah berkolaborasi dengan Pigeon sejak 2014. Respons pasar terhadap produk bermotif batik tersebut cukup baik.

"Berdasarkan data penjualan, motif bangau dan kupu-kupu masih laris di pasaran. Bangau itu simbol kebahagiaan, sedangkan kupu-kupu iti simbol cinta abadi," ujar General Manager Marketing Division Pigeon Anis Dwinastiti.

"Tahun ini somehow aku yakin juga sales-nya bakal bagus banget," imbuh Iwet.

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Misi Pelestarian Batik

Iwet Ramadhan Curhat Sulitnya Mendesain Motif Batik Phoenix di Botol Susu
Pameran batik yang diinisiasi Pigeon di Mal Pasific Place. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Selain mendesain botol susu, Iwet juga mendesain kain gendongan dengan motif serupa dan kain batik tulis karya ibu-ibu Rusunawa Pulo Gebang Timur binaannya. Ia juga memamerkan kain batik tulis motif phoenix hasil pembatik Lasem bernama Mba Eka.

"Ini halus banget, ada motif phoenixnya, ada bunga kusuma wijaya, latohan," katanya.

Selain kain batik phoenix, sejumlah batik tulis lain juga ikut dipamerkan pada kegiatan 'Pigeon Batik Exhibition'. Dalam pameran ini juga ditampilkan foto motif-motif kain Batik di antaranya dari daerah Cirebon, Pekalongan, Lasem, Yogyakarta, Solo , Madura, Lasem, dan Bengkulu.

Pameran juga memajang peralatan dalam proses membatik yang merupakan koleksi Museum Batik Yogyakarta. Terdapat pula koleksi kain batik karya Iwet Ramadhan. Dengan hadirnya pameran batik, diharapkan pengunjung dapat menambah informasi tentang batik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya