Belajar Kompak dan Hidup Rukun dari 10 Bersaudara Asal Malaysia

Meski kompak dan hidup rukun, sepuluh bersaudara asal Malaysia itu juga pernah alami konflik. Dua di antara mereka sempat berkelahi dan jadi tontonan warga kampung.

oleh Komarudin diperbarui 20 Feb 2021, 12:31 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2020, 16:03 WIB
Ilustrasi keluarga.
Ilustrasi keluarga. (Dok. White77/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Memiliki keluarga yang saling mendukung satu sama lain menjadi sebuah hadiah terindah dalam menjalani kehidupan. Kepada keluarga, kita bisa melimpahkan kesedihan sekaligus rasa bahagia. Seperti kisah kekompakan dari kelurga yang terdiri dari 10 orang ini.

Dilansir dari Asiaone, Rabu, 8 Januari 2020, anak terbesar dari keluarga Tara Singh, Ajaib Kaur, mengatakan hubungan di antara mereka dibangun atas dasar cinta, penghargaan, kejujuran, dan semangat untuk berbagi. Keluarga yang terdiri dari lima perempuan dan lima laki-laki ini dibesarkan di Bukit Cina, Melaka, Malaysia.

"Kami tidak berasal dari keluarga kaya. Semua orang berjuang dan belajar banyak dari perjalanan selama ini. Itulah sebabnya saya pikir adanya tindakan saling berbagi," ujar Didi Gill, anak dari Tara Singh.

Memiliki sepuluh anggota keluarga di dalam rumahnya, mereka saling bantu untuk meringankan beban yang ditanggung sesama saudara. Bahkan, masalah buku dan seragam pun menjadi barang yang akan digunakan secara turun-temurun.

Seperti keluarga lainnya, setiap anggota memiliki kewajiban untuk membersihkan setiap sudut rumah. Rumah mereka memiliki sebuah lantai ubin yang ukurannya besar, satu orang akan bertanggung jawab terhadap satu ubin yang ada.

"Kami melakukan semuanya secara bersama-sama dan di situlah ikatan itu terbentuk," ujar anak paling bungsu, Sarjit Kaur.

Pertengkaran menjadi hal yang wajar terjadi antaranggota keluarga, begitu pun dalam kelurga Tara Singh. Ada yang unik dari pertengkaran di keluarga ini. Dulu, Ajaib dan Didi, yang merupakan anak kedua, sempat berkelahi hingga menjadi tontonan satu kampung.

“Salah seorang saudara laki-laki akan berkata, ‘datang dan tonton pertunjukan ini’," kenang Kulwant Kaur.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Diwariskan ke Generasi Selanjutnya

Ilustrasi keluarga
Ilustrasi keluarga. (Dok. Tookapic/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Dari kejadian itu, menurut Didi, pertengkaran bukan sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah. Mereka jadi terbiasa menyelesaikannya dengan cara duduk dan saling mengungkapkan keluh kesahnya. Setelah itu, mereka akan kembali akur seperti sedia kala.

Mereka sependapat, semua anggota keluarga memiliki perbedaan pendapat. Tetapi karena mereka saat ini sudah tidak memiliki orangtua, semuanya setuju untuk bisa saling memahami dan menjaga satu sama lainnya. Bagi mereka, saudara kandung adalah sumber dukungan moral, mental, dan emosional.

Dalam melakukan segala sesuatu pun, semuanya selalu menjadikan keluarga menjadi tempat pertama yang didatangi untuk dimintai pendapat. Sebab, bagi mereka keluarga akan tulus dan jujur memberi tahu hitam dan putihnya suatu keadaan.

Eratnya hubungan mereka semakin terjalin dengan adanya agenda berlibur bersama setiap tahunnya. Sejauh ini, mereka sudah pernah ke India, Pakistan, dan Vietnam.

Keakraban ini pun tidak hanya terputus sampai di generasi mereka saja, anak-anaknya pun sudah diajari mengenai pentingnya menjalin hubungan antaranggota keluarga sejak usia dini.

"Kami bersama dalam saat-saat terbaik dan terburuk. Tidak ada yang datang mudah kecuali setiap orang siap untuk bekerja keras dalam memelihara hubungan," ujar anak keempat sekaligus mantan Direktur Institut Maritim Malaysia, Pola Singh. (Tri Ayu Lutfiani)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya