Liputan6.com, Jakarta - Tahukah Anda bila Hari Kebahagiaan Dunia jatuh pada hari ini? Momen gerakan Di Rumah Aja nyatanya bisa dimanfaatkan untuk memupuk relasi kekeluargaan agar lebih berkualitas. Ujung-ujungnya, Anda dan keluarga bisa bahagia bersama.Â
Psikolog dari Tiga Generasi, Ayoe P. Sutomo menyebut tantangan memupuk relasi keluarga saat ini, khususnya di perkotaan, adalah waktu. Banyak orangtua yang bekerja sehingga hanya bisa menyisihkan sedikit waktu untuk anak-anak mereka. Dengan instruksi tinggal di rumah saja, otomatis waktu orangtua dan anak-anak akan lebih banyak.
Advertisement
Baca Juga
"Biasanya kan susah cari waktunya. Sekarang ada banyak waktu yang bisa dilakukan," kata Ayoe dalam diskusi live streaming bersama Lactogrow di Jakarta, Kamis, 19 Maret 2020.
Durasi kebersamaan yang relatif panjang menjadi masa yang berharga untuk mengisi tangki emosi anak. Hal itu bisa terjadi bila orangtua mendukung anak untuk bahagia. Bila tangki emosi anak terisi penuh, banyak manfaat yang bisa diperoleh anak dan orangtua.
Ayoe menerangkan, anak-anak yang bahagia lebih mudah diajak bekerja sama. Anak-anak yang bahagia juga cenderung lebih memiliki empati dan pola pikir yang positif. Ia juga lebih mudah menjadi pribadi yang mudah bersosialisasi, memiliki motivasi belajar yang tinggi dan potensi bahagia saat dewasa lebih besar.
"Berdasarkan survei, 66 persen orangtua menjawab sumber kebahagiaan anak-anak adalah orangtua. Itu benar. Jadi, kuncinya ada di happy parent," kata dia.
Pertanyaan berikutnya, orangtua seperti apa yang bisa menunjang kebahagiaan anak? Ayoe menjawab orangtua yang menghadirkan dukungan dan menghadirkan kualitas dalam relasi mereka.
"Itu jadi faktor mendasar dan fundamental bagi kebahagiaan anak," kata Ayoe.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jangan Mengeluh Dulu
Sebelum bisa membangun ikatan emosi yang baik dengan anak, orangtua hendaknya meluruskan pola pikirnya terlebih dulu. Jangan mengeluh, tetapi menyambutnya dengan senang hati.
"Dua minggu itu waktunya bikin bonding emosi, lebih kenal karakter, mengenal pelajaran-pelajaran apa yang bikin pusing dan bikin pusing," katanya.
Ia mengatakan lebih mudah bila anak sudah masuk usia sekolah. Sekolah yang melakukan pengajaran jarak jauh biasanya sudah memberi daftar kegiatan yang harus dilakukan anak. Namun bila anak masih balita, orangtua harus memberi jeda mengingat kemampuan fokusnya lebih singkat.
"Buat list activity saja. Senin, activity-nya apa. Orangtua kreatif bisa mencoba berbagai aktivitas baru yang menyenangkan untuk anak agar tidak mati gaya bersama anak," tutur Ayoe.
Salah satu aktivitas yang patut dicoba adalah dengan memasak bersama, membereskan lemari bersama, atau aktivitas lain yang bisa membuat anak bahagia.
"Ajak decluttering mainan. Itu bonding emosi terbentuk, ada outputnya, bisa donate juga sehingga bisa meningkatkan kemampuan anak untuk peduli dan bersyukur," kata dia.
Advertisement