Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona COVID-19 tiba-tiba mengusik nurani desainer Anne Avantie. Sebuah pesan Whatsapp yang diterimanya membuatnya tersentak. Saat itu, desainer kebaya asal Semarang tersebut sedang sibuk menyiapkan gerai terbarunya yang bakal dibuka di Palembang.
"Hati ini bergetar ketika saya mendapatkan WA dari sebuah panti, 'Bun, kami sudah nggak bisa memberi makan anak-anak. Ini sebutir telur terakhir kami.'," tulisnya yang diterima Liputan6.com, Rabu, 25 Maret 2020.
Anne mengaku hatinya pecah berkeping-keping. Ia merasa berdosa dan bersalah karena tiap hari stok makanan berlimpah, bahkan sering menerima kiriman makanan dari penggemarnya.
Advertisement
"Saya sungguh merasa sangat berdosa," kata Anne.
Malam itu, ia mengaku tak sabar menantikan pagi. Ia segera menginstruksikan agar pihak Yayasan Wisma Kasih Bunda yang dikelolanya menggunakan ambulans untuk membagikan berkota-kotak telur ke sejumlah tempat, baik panti asuhan maupun pondok pesantren. Satu per satu didatangi hingga larut malam. Itu pun belum selesai.
"Belum selesai kami berjuang mengirimkan bantuan sekotak-sekotak telur, ketika selesai doa pagi, telepon saya berdering dari suster Dirut RS Elisabeth Semarang," lanjut Anne.
Ia menuturkan, Dirut RS Elisabeth Semarang memintanya membuatkan baju astronot, sebutannya untuk pakaian pelindung bagi tenaga medis. Suster itu juga memohon dibantu disediakan masker yang sangat dibutuhkan agar bisa melayani pasien dengan baik.
"Lalu saya pun merenung, Tuhan terima kasih Kau tegur aku dengan keras ketika aku hanya memikirkan diri sendiri 😫 Tuhan, terima kasih saya bersyukur atas berkat yang saya terima ini. Saya masih KAU ijinkan berbuat baik di saat yang tidak baik ini," kata Anne Avantie.
Karyakan Penjahit
Belum Anne sempat membuat, suster yang meneleponnya kembali mengabari bila APD yang dibutuhkan ternyata sudah tiba di rumah sakit. "Hah, cepet amat, padahal karyawan belum ada yang datang. Segalanya terasa begitu cepat," tutur Anne.
Ibunda desainer Intan Avantie itu akhirnya memerintahkan para penjahit di rumah untuk berhenti mengerjakan pesanan, dan beralih menyiapkan baju astronot yang dibutuhkan tim medis. "Jadilah rumah produksi seperti lautan plastik dan saya dari seberang, dari Bumi Sriwijaya Palembang memantau kerja yang Tuhan sudah atur," tuturnya.
Ia menegaskan APD buatannya tidak dijual. Ia juga menegaskan APD yang dibuatnya hanya akan diberikan kepada rumah sakit yang mengirimkan surat secara resmi kepada Yayasan Anne Avantie.
"Tidak melayani perorangan maupun perdagangan dalam bentuk apapun juga," terangnya.
Ia menyatakan akan memproduksi APD semampu yang ia bisa. Namun, ia berharap konfeksi-konfeksi dan perusahaan garmen yang ada juga ikut membantu.
"Jangan takut melakukan sesuatu yang baik di saat yang tidak baik sekalipun. Tetaplah berbuat baik. Justru saat inilah saat yang baik untuk berbuat baik," kata Anne.
Anne Avantie menyatakan kedua program itu masih berjalan simultan, baik penyediaan APD gratis maupun donasi telur. Ia pun membuka kesempatan masyarakat yang ingin berdonasi lewat yayasan yang dikelolanya. Informasi tentang penyaluran donasi diunggahnya lewat media sosialnya.
Advertisement