Seperti Apa Rasanya Bekerja Sebagai Pencicip Cokelat Profesional?

Awalnya, sang pencicip cokelat profesional justru tak nyaman dengan cita rasa dianggap terlalu manis di camilan ini.

oleh Asnida Riani diperbarui 13 Agu 2020, 07:01 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2020, 07:01 WIB
Ilustrasi Cokelat Hitam
Ilustrasi cokelat. (dok. Pixabay.com/StockSnap/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Dengan sertifikat pengujian dari International Institute of Chocolate and Cacao Tasting, Cherrie Lo telah jadi juri dari penghargaan cokelat di dunia. Pekerjaannya sebagai pencicip cokelat profesional seolah merepresentasi mimpi banyak orang, yakni dibayar untuk makan makanan bercita rasa manis tersebut.

Mengutip laman South China Morning Post, Selasa (11/8/2020), perjalanannya dimulai saat bekerja untuk merek cokelat asal Hong Kong bernama Vero pada 2009. Kendati tak diniatkan sejak awal, Lo meniti langkah demi langkah lebih jauh ke dunia percokelatan.

"Hal positif tentang bekerja di bagian pemasaran dan branding adalah Anda harus tahu produk. Jadi, saya punya banyak kesempatan untuk belajar dan langsung mencicip cokelat. Dari situ, saya sadar banyak peluang yang bisa dimanfaatkan," ucapnya.

Hingga empat tahun lalu, Lo memutuskan belajar lebih jauh tentang cokelat. Kebanyakan kursus, dijelaskannya, bakal mempelajari cara membuat cokelat, tapi ia tak ingin jadi juru masak. Karenanya, ia mengikuti sebuah kursus di Inggris yang dikelola International Chocolate Awards untuk jadi ahli dan pencicip cokelat.

Kursus yang dijalani Lo tak panjang, namun intens. Ada ujian hingga akhirnya dapat sertifikat. Lo mengatakan, kebanyakan yang ikut adalah pembuat cokelat dan juru masak dari berbagai negara.

"Ada banyak teori di baliknya. Tapi, setelah lebih banyak tahu dan merasakan, selera Anda akan makin sensitif. Anda akan merasakan perbedaan rasa dan ragam kacang dari berbagai tempat," ucap Lo.

Dalam pandangannya, biji cokelat, seperti wine, punya banyak karakter, catatan rasa, dan lapisan. "Misal, biji dari Ghana tak terlalu mahal, tapi terasa generik. Lalu, biji dari Madagaskar cenderung terasa seperti buah," imbuhnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pasar Baru Cokelat di Asia

Cokelat
Cherrie Lo, ahli dan pencicip cokelat profesional. (dok. Instagram @that.choco.girl/https://www.instagram.com/p/ByLT1-zBx9d/)

Walau sekarang bekerja di dunia cokelat, Lo mengaku, makanan ringan ini bukanlah favoritnya saat kecil. "Saya selalu merasa cokelat terlalu manis, dan rasa itu membuat tenggorokan saya jadi tak nyaman," tuturnya.

Telah familiar dengan cita rasa makanan Asia pun diceritakan sangat memengaruhi penilaiannya. "Misal, yuzu dan matcha bukanlah cita rasa baru untuk Asia. Tapi, di luar negeri, mereka masih sangat bersemangat dengan kedua rasa tersebut. Banyak orang belum familiar apa itu matcha," ucapnya.

Sementara, sambung Lo, banyak juru masak asal Asia yang punya ide baru dalam menggunakan kecap asin ketimbang garam untuk karamel. Soal jadi produsen cokelat, Lo melihat beberapa negara di Asia sudah cukup serius menggarap peluang ini, mulai dari Thailand, Taiwan, hingga Vietnam.

"Biji-biji cokelat dari Asia bisa jadi area penemuan baru," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya