Terobosan Masker yang Berubah Warna Saat Pemakainya Positif COVID-19

Teknologi pendeteksi COVID-19 ini disebut dapat diintegrasikan dengan pakaian lain, selain masker.

oleh Asnida Riani diperbarui 30 Jun 2021, 22:02 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2021, 22:02 WIB
Berusaha Menghindari Percikan Air Liur
Ilustrasi Memakai Masker Credit: pexels.com/Polina

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan telah berhasil membuat masker yang mendeteksi COVID-19 saat Anda memakainya. Mereka mengemas material masker dengan sensor yang berubah warna ketika virus dihembuskan, lapor The Sun, Rabu (30/6/2021).

Peniti mengklaim masker tersebut akan seakurat tes laboratorium, tapi membutuhkan waktu kurang dari 90 menit untuk memberikan hasilnya. Sebagaimana diketahui, masker telah jadi barang esensial selama pandemi global, terutama saat berada di luar rumah.

Ilmuwan Universitas Harvard, Dr Peter Nguyen, mengatakan, "Kami pada dasarnya telah mengecilkan seluruh laboratorium diagnosa jadi sensor kecil yang berfungsi dengan masker wajah apa pun. Ini menggabungkan akurasi tinggi tes PCR dengan kecepatan dan biaya rendah tes antigen.”

Ia menyambung, perubahan warna yang terlihat juga bisa memberi tahu kapan dan di mana pemakainya tertular virus. Lebih lanjut dijelaskan bahwa masker dibuat dengan enzim yang bereaksi terhadap bahan kimia dalam virus corona baru.

Ini diaktifkan dengan tombol dan tetap berwarna normal sampai virus masuk ke masker, lalu bereaksi dengan enzim. Itulah yang kemudian memicu bagian masker berubah warna. Dr Nguyen dan tim mengatakan, masker akan berubah warna di bagian dalam untuk privasi.

"Selain masker, biosensor kami dapat diintegrasikan ke dalam pakaian lain untuk memberikan deteksi saat bepergian," ujarnya. Hanya prototipe laboratorium yang telah dibuat sejauh ini, dan tim berharap dapat menemukan produsen untuk memproduksi masker tersebut secara massal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tidak Hanya Masker

Ilustrasi pakai masker | Maksim Goncharenok dari pexels
Ilustrasi pakai masker | Maksim Goncharenok dari pexels

Tim peneliti menyoroti bahwa teknologi mereka dapat dimasukkan ke dalam jas lab para ilmuwan yang bekerja dengan bahan berbahaya atau patogen. Juga, dapat digunakan dalam scrub untuk dokter dan perawat.

Itu juga bisa dimasukkan ke dalam seragam personel militer yang dapat terkena patogen atau racun berbahaya, seperti gas saraf. Namun, lagi-lagi, pihaknya masih menunggu produsen untuk membuatnya dalam jumlah lebih banyak.

Walau narasi yang dijabarkan terdengar sangat baik, belum disebutkan presentase akurasi teknologi tersebut untuk mendeteksi COVID-19 melalui pemakaian masker. Di model protoptipe, pihaknya tampak menggunakan masker N95.

Masker Dobel

Cara menggunakan masker dobel yang benar
Cara menggunakan masker dobel yang benar (sumber: CDC)

Dengan merebaknya mutasi virus corona baru, publik telah diminta untuk menggunakan masker dobel, yakni masker medis dirangkap masker kain. Melansir kanal Health Liputan6.com, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah mengeluarkan pedoman terbaru cara pakai masker yang benar.

Jika memakai masker dobel membuat pemakainya tidak nyaman, CDC menyarankan agar mengenakan masker bedah dengan merapatkan tali masker di bagian pipi. Caranya, lipat masker bedah jadi dua bagian, sehingga bagian atas dan bawah bertemu. Kemudian, ikat tali pengait masker membentuk simpul dan lipat sudut-sudut masker ke bagian dalam.

Jangan lupa menekan kawat supaya mengikuti bentuk hidung sehingga tidak ada celah antara masker dengan wajah. Di samping, pihaknya menulis bahwa pengguna masker N95 tidak perlu double masking karena material masker tersebut sudah menyaring 95 persen partikel.

Infografis Cara Pakai Masker Dobel yang Benar

Infografis Cara Pakai Masker Dobel yang Benar
Infografis Cara Pakai Masker Dobel yang Benar (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya