Heboh Staf Gerai Donat Buang-Buang Makanan Saat Tutup Toko

Buang-buang donat saat tutup toko ini disebut sebagai cara kapitalisme menangani sisa makanan.

oleh Asnida Riani diperbarui 09 Okt 2021, 05:01 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2021, 05:01 WIB
Donat
Ilustrasi donat. (Pexels.com/Polina Tankilevitch)

Liputan6.com, Jakarta - "Bagaimana kapitalisme menangani kelebihan makanan?" begitu judul video yang sedang jadi sorotan online. Rekaman yang beredar di media sosial ini memperlihatkan sejumlah orang diduga staf gerai donat ternama "bersih-bersih" saat menutup toko di hari itu.

Salah satu yang dilakukannya adalah membuang donat dalam jumlah banyak, dalam hal ini bernampan-nampan. Produk itu diperkirakan karena tidak terjual hari itu dan tidak bisa disimpan lebih lama lagi berdasarkan regulasi.

Pemandangan ini menuai berbagai komentar. Beberapa di antaranya menceritakan bahwa praktik ini tidak hanya berlangsung di gerai donat, namun juga supermarket dan restoran buffet. "Saya biasanya akan membawa dua kantong sampah," kicau salah satu pengguna.

"Satu untuk makanan yang saya inginkan dan satu untuk yang lainnya. Saya parkir di dekat tempat sampah dan membuang makanan itu selagi keluar," imbuhnya. Sementara yang lain berkomentar, "Jika perusahaan-perusahaan ini ingin membuang makanan saat banyak orang kelaparan, mereka tidak seharusnya memiliki izin usaha."

"Kita bisa mengakhiri kelaparan dunia hari ini, dan setiap hari kita memilih untuk tidak melakukannya," timpal yang lain. Ada juga warganet yang mengindikasi bahwa ini bukanlah permasalahan baru, menyertakan tautan artikel yang melaporkan nahas fenomena tersebut.

Melansir nowthisnews, Kamis, 7 Oktober 2021, awal tahun ini, sekelompok petugas polisi Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS) bentrok dengan orang-orang yang mencoba memungut makanan yang dibuang dari supermarket lokal setelah mati listrik. Menurut polisi, supermarket kehilangan daya karena cuaca musim dingin yang parah telah memengaruhi sebagian besar wilayah AS, dan staf terpaksa membuang makanan.

Tren Beli Produk Hampir Kedaluwarsa

Ilustrasi sajian makanan
Ilustrasi sajian makanan. (Photo by Rachel Park on Unsplash)

Dalam skala industri, sebenarnya ada beberapa solusi yang diperkenalkan untuk mengurangi limbah makanan. Melansir National Geographic, selain menghitung produksi efektif dengan memperkirakannya berdasarkan penjualan harian, rekomendasi potongan harga pun keluar jadi solusi lain.

Tiongkok jadi salah satu yang disoroti dalam mengurangi sampah makanan dengan mengobral produk hampir kedaluwarsa. SCMP melaporkan, ini jadi semakin menarik dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak pengesahan Undang-Undang Anti-Limbah Makanan yang baru, April lalu.

Di Supermarket Yongwang di Shenzhen, Provinsi Guangdong, misalnya, ada sekeranjang penuh pasta, teh, minyak, dan saus hot pot di ujung setiap lorong. Seorang penjual bermarga Liu mengatakan, makanan di sana dijual dengan diskon 70 persen, dan staf memeriksa produk setiap hari untuk memastikan tidak ada yang melewati tanggal kedaluwarsa.

"Ini tentu memangkas banyak pemborosan," katanya. Pasalnya, supermarket diharuskan membuang makanan yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa. Selama bertahun-tahun, para lansia sebenarnya telah berburu barang murah hampir kedaluwarsa untuk menghemat uang. Namun lambat laun, kaum muda mulai mengadopsi tren tersebut.

Salah satunya adalah Lily, ia bercerita bahwa pada awalnya, ia bertanya-tanya apakah makanan hampir kadaluwarsa dapat mengganggu kesehatan seseorang, tapi menganggap harganya menarik. "Sebuah toko roti menjual roti dengan harga 50 persen setelah pukul 4 sore setiap hari," katanya. "Toko lain menjual dengan diskon 70 atau 80 persen. Jika saya bisa memakannya dengan cepat, saya akan memilih untuk membelinya."

Ia bahkan memprakarsai grup bernama "Saya suka makanan yang hampir kedaluwarsa," yang mana para anggotanya bertukar kiat tentang merek, toko online, serta makanan mana yang memiliki rasa lebih enak. Ketika ditanya apakah malu membeli makanan hampir kedaluwarsa, sebagian besar menjawab bahwa tidak ada salahnya menghemat, sekaligus mengurangi sampah makanan.

Dimulai dari Rumah

Ilustrasi
Ilustrasi menyimpan makanan (dok. prabhuk/pixabay.com)

Di sisi lain, limbah makanan dari rumah tangga juga jadi satu permasalahan yang harus diselesaikan. Menurut Komunitas Surplus dalam keterangannya pada Liputan6.com, setidaknya ada enam aksi kecil tapi berdampak nyata dalam mengurangi sampah makanan.

Pertama, belanja seperlunya. Tidak perlu menyimpan stok makanan secara berlebihan yang berisiko terbuang karena rusak atau busuk. Kemudian, memasak sesuai porsi keluarga di rumah.

Ketiga, mengambil makanan ke piring sesuai porsi masing-masing dan selalu menghabiskannya. Praktik ini juga bisa dibarengi dengan mindful eating yang dipercaya meningkatkan kesehatan pencernaan.

Lalu, tahu cara menyimpan makanan yang benar agar tahan lama dan tidak mudah basi. Sebagai catatan, tidak semua bahan makanan harus masuk kulkas. Beberapa di antaranya justru akan lebih tahan lama jika disimpan dalam suhu ruang.

Kelima, pintar berkreasi dengan sisa makanan agar bisa dikonsumsi sampai habis. Lagi-lagi, ini dilakukan agar tidak ada makanan sisa yang dibuang. Terakhir, berbagi makanan berlebih, entah ke keluarga maupun tetangga.

 

Kalau enggak sempet masak sendiri, yuk PO saja di ManisdanSedap, banyak masakan rasa rumahan yang pas buat lauk makan siangmu. Berasa dimasakin ibu.

Yuk PO Sekarang di ManisdanSedap!

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya