Korea Utara Resmikan Pabrik Es Krim Modern di Tengah Kekurangan Pangan Kronis

Pendirian pabrik es krim di Korea Utara itu atas perintah pemimpin mereka, Kim Jong Un.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 31 Okt 2022, 06:31 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2022, 06:31 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi es krim vanila. (dok. unsplash/Ana Bejarano)

Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara baru saja menyelesaikan pembangunan pabrik es krim di ibu kota negara, Pyongyang. Media pemerintah melaporkan pada Kamis, 27 Oktober 2022, pembangunan pabrik itu atas perintah Kim Jong Un di tengah di tengah ekonomi domestik yang goyah di bawah sanksi global.

Upacara peresmian digelar di hari sebelumnya untuk merayakan pembangunan basis produksi es krim "modern" di pusat Taesongsan, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA). Jon Hyon-chol, wakil perdana menteri Korea Utara dan kepala kantor kebijakan ekonomi Partai Buruh yang berkuasa, berpidato pada upacara tersebut.

Ia menekankan bahwa "proyek untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat tidak dapat ditunda terlepas dari seberapa parah kesulitan yang mereka hadapi". Dia menambahkan bahwa pembangunan selesai dalam waktu singkat berkat "langkah-langkah khusus" yang diambil oleh pemimpin Kim untuk mempercepat proyek.

Taesongsan adalah gunung di tepi Pyongyang dengan situs atraksi utama, termasuk taman hiburan, kolam renang dan kebun binatang. Korea Utara baru-baru ini melakukan upaya untuk meningkatkan mata pencaharian rakyatnya di tengah kekurangan pangan kronis dan sanksi global yang berkepanjangan.

Kesulitan yang dihadapi negeri tetangga Korea Selatan itu memaksa pemerintah mencari sumbangan beras dari India. Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, pada September 2022, banjir menerjang wilayah pesisir timur negara itu hingga mengancam lahan pertanian.

Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa kota-kota dan kabupaten di Provinsi Hwanghae Utara, di selatan Pyongyang, mengambil sejumlah tindakan 'untuk meminimalisir kerusakan terhadap tanaman menjelang panen' ketika Topan Hinnamnor mendekati pantai timur Korea Utara. Pada hari yang sama, Kim menggelar pertemuan dan menyerupakan upaya 'untuk mencegah bencana' dan melindungi 'kemakmuran dan pembangunan negara'.

Kekurangan Pangan Parah

Ilustrasi Korea Utara (AFP)
Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Kekurangan pangan di Korea Utara diperkirakan semakin parah akibat banjir yang menggenangi lahan pertanian Agustus lalu dan penutupan perbatasan ketat terkait COVID-19 yang diberlakukan Pyongyang. VOA Korea telah mengetahui bahwa Pyongyang telah beralih ke India untuk memasok beras yang biasanya mereka impor dari China.

Manpreet Singh, presiden eksekutif Indian Chamber of International Business, organisasi yang membantu perusahaan kecil-menengah India berkembang secara global, mengatakan kepada VOA Korea pada 30 Agustus 2022 melalui email bahwa pejabat Kedutaan Besar Korea Utara menemui organisasi itu di New Delhi.

"Kami telah didekati oleh pihak Kedutaan [Korea Utara] untuk menimbang kemungkinan [pemberian] 'sumbangan beras' karena 'banjir menghancurkan sebagian besar pertanian' (di negara mereka)," kata Singh.

Kantor Misi PBB Korea Utara di New York tidak menanggapi pertanyaan VOA Korea tentang situasi pangan negara itu dan apakah pemerintah Korea Utara sedang mencari bantuan dari luar. Bradley Babson, mantan penasihat Bank Dunia dan kini menjadi anggota dewan penasihat Korea Economic Institute of America, menerka alasan Pyongyang meminta pertolongan kelompok bisnis India alih-alih organisasi kemanusiaan, kemungkinan untuk menghindari persyaratan menerima pekerja kemanusiaan ke dalam negaranya untuk mengawasi distribusi bantuan.

Iklan Kapal

Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)
Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)

VOA Korea pada 26 Agustus 2022 juga mengetahui perihal sebuah iklan untuk mencari sebuah kapal untuk mengangkut 10.000 ton beras dari Pelabuhan Vizag di timur India menuju Pelabuhan Nampo di Korea Utara antara 25 hingga 30 September 2022. Iklan itu tersebar melalui email di kalangan industri perkapalan dunia.

Seorang narasumber yang mengetahui soal iklan itu memberitahu VOA Korea bahwa pihak yang mengekspor beras itu ingin mengangkut varietas beras butir panjang yang biasa tumbuh di India, Pakistan, Thailand, dan Vietnam. Sementara, Korea Utara menanam dan mengonsumsi beras butir pendek.

Masih harus ditelusuri apakah permohonan sumbangan beras yang diajukan Pyongyang kepada Indian Chamber of International Business dengan upaya eksportir India untuk mengangkut beras ke Korea Utara itu saling berhubungan.

"10.000 ton beras itu tidak banyak" mengingat defisit pangan Korea Utara, kata Babson. "Saya melihat ini semua sebagian besar bersifat simbolis dan bukan solusi masalah pangan (yang dialami oleh Korea Utara), yang saya rasa terjadi sangat parah tahun ini."

 

Tolak Tawaran Korsel

Ilustrasi Korea Selatan (iStock)
Ilustrasi Korea Selatan (iStock)

Korea Utara sebelumnya telah menolak tawaran bantuan ekonomi dari Korea Selatan sebagai imbalan apabila dilakukan denuklirisasi, sebuah kesepakatan yang dijabarkan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam “iniasiatif berani” yang digagasnya 15 Agustus 2022. DW Indonesia melaporkan, Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang berpengaruh, menanggapi inisiatif itu pada 19 Agustus 2022 dengan mengatakan “Tak ada satu pun yang mau menukar takdirnya demi kue jagung.”

Ia menyebut tawaran tersebut sebagai "tingkat absurditas." Ia mempertanyakan ketulusan dorongan Korea Selatan untuk meningkatkan hubungan bilateral sambil menyerukan latihan militer Seoul dengan Washington dan ketidakmampuannya untuk membatasi para aktivis dari menerbangkan selebaran propaganda anti-Pyongyang dan benda-benda lain di perbatasan mereka.

Pada Mei tahun ini, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa Seoul "siap bekerja dengan komunitas internasional untuk menerapkan rencana yang akan sangat memperkuat ekonomi Korea Utara dan meningkatkan kualitas hidup rakyatnya." Selama hari ke-100 menjabat sebagai Presiden Korsel, pada Rabu, 17 Agustus 2022, Yoon sekali lagi menekankan keinginannya untuk memberikan bantuan ekonomi bertahap kepada Pyongyang jika mereka mengakhiri pengembangan senjata nuklir dan memulai denuklirisasi.

"Memikirkan bahwa rencana barter 'kerja sama ekonomi' untuk kehormatan kami, nuklir (kami), adalah impian besar, harapan dan rencana Yoon, kami menyadari bahwa dia benar-benar sederhana dan masih kekanak-kanakan," kata Yo Jong. Pernyataan itu diterbitkan oleh kantor berita resmi Korea Central News Agency.

Infografis Uji Rudal Terbaru Korea Utara
Infografis Uji Rudal Terbaru Korea Utara
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya