Liputan6.com, Jakarta - Sejak dibuka kembali, Sarinah makin ramai pengunjung. Mal pertama di Indonesia itu berambisi menjadi rumah bagi produk-produk lokal, khususnya UMKM, yang terkurasi.
Di luar itu, Sarinah juga ingin menjadi destinasi wisata wajib bagi turis yang singgah di Jakarta. Mereka pun menyediakan paket tur Sarinah berbayar yang tersedia mulai dari Rp100 ribu per orang.
"Tur itu konsepnya explore yang ada di Sarinah, yakni cagar budaya dan specialty store," ujar Rindra, seorang pemandu yang ditemui di sela tur dalam program Jakarta Fam Trip, Minggu, 23 Oktober 2022.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengaku paket tur itu sudah dimulai sejak April 2022. Tamu yang ikut paket saat ini kebanyakan wisatawan domestik, tetapi juga ada turis asing yang meminati.
Saya rombongan dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta menjajal paket paling basic. Durasinya sekitar satu jam yang dimulai dengan berkumpul di area atrium di lantai dasar, dekat patung batu.
"Kita berada di ground floor atau lantai pusaka. Ini adalah relief cagar budaya di Sarinah yang bersuai 60 tahun, ada sejak Sarinah berdiri," jelas Rindra mengawali tur.
Tema patung batu adalah nelayan dan petani yang menjual produk-produk lokal saat itu. Menurut Rindra, relief itu dibuat sebagai simbol dari UMKM. Ukurannya sekitar 15 meter x 3 meter.
"Relief ini baru ditemukan kembali saat transformasi Sarinah. Diketemukan di ruang panel alat-alat listrik. Pada saat itu, Sarinah sempat ada kebakaran, dan lain-lain, patung ini akhirnya ditutup dengan partisi. Sejak 1970 sampai 2020 tidak terlihat karena ada partisi itu," tuturnya.
Â
Cagar Budaya
Saat ditemukan kembali, patung batu itu kondisinya menghitam. Setelah melewati perlakuan khusus, patung bisa kembali ke warna aslinya.Â
"Kemudian dipanggil ahli cagar budaya. Sampai patung itu ditemuin, tidak ada yang tahu siapa yang buat. Awalnya diperkirakan relief dibuat oleh seniman Jogja, tapi setelah ditelusuri, tidak ada yang tahu juga," ujar Rindra.
"Cuma dengan penemuan ini, jadi spirit Sarinah untuk memakmurkan UMKM sehingga naik kelas," imbuh dia.
Posisi patung batu itu tidak pernah dipindahkan. Lokasinya tetap, hanya diberi penguat struktur di sekelilingnya agar lebih kokoh. Patung batu itu pun menjadi salah satu dari empat cagar budaya yang ada di Sarinah.
Rindra lalu mengarahkan kami ke luar untuk melihat cagar budaya kedua, yakni kolam pantul. Lokasinya di sayap kanan depan kedai kopi Bukanagara. Kolam pantul itu ada di cetak biru asli Sarinah, tetapi hilang seiring zaman. Pihak mal kemudian membangun kembali.
"Tujuannya untuk melihat ketinggian Sarinah. Supaya orang bisa melihat tinggi Sarinah, lihat saja dari kolam itu," ucapnya, meski saat itu saya tak bisa melihat pantulan yang dimaksud.
Advertisement
Anjungan dan Eskalator Bersejarah
Anjungan menjadi cagar budaya ketiga yang ditunjukkan Rindra. Sebelum bertransformasi, anjungan itu merupakan tempat naik tangga di depan mal menuju ke lantai dua. Setelah diperbaiki, anjungan diubah konsepnya menjadi amphiteater.
Di sana dimanfaatkan sebagai ruang publik. Sarinah juga membuka pagar sekelilingnya agar lebih menyatu dengan sekelilingnya. "Setiap Minggu pagi, ada Sarinah Sehat. Ada poundfit, yoga, strong nation. Mulainya jam 07.30 pagi," ucap Rindra menyebut salah satu aktivitas yang bisa dilakukan di tempat itu.
Meski bukan sebagai cagar budaya, Pojok Sarinah dianjurkan untuk didatangi karena itu merupakan salah satu spot foto terbaik. Posisinya ada di sayap kiri Sarinah, dekat ujung Jalan Sunda.Â
Berikutnya, kami diajak masuk kembali menuju lantai 1, tempat eskalator asli Sarinah berada. Di masa awal, Sarinah lah satu-satunya mal yang memiliki eskalator agar pengunjung bisa melihat barang-barang yang dijual dari jauh.
"Sebetulnya masih berfungsi, tapi ini hanya pengingat saja," kata Rindra seraya menyebut pengunjung masih bisa menaikinya walau tidak bergerak.Â
Wajib Member
Selama menjelajah, peserta juga ditunjukkan lantai per lantai specialty store Sarinah. Disebut demikian karena setiap produk yang dipajang sudah dikurasi.
Kami pun tiba di lantai 6 yang merupakan akses ke Sky Deck. Kini, para pengunjung diwajibkan menjadi member Sarinah bila hendak menikmati fasilitas anjung pandang tersebut. Dulu, tempat itu sering digunakan untuk menyambut tamu negara yang datang ke Jakarta dari arah Bandara Kemayoran.
"Jam bukanya sampai jam tutup mal. Tidak ada pembatasan kuota saat ini," ujarnya.
Dari atas, pengunjung bisa menikmati lalu-lintas di jalan protokol hingga berfoto dengan latar belakang gedung-gedung tinggi di sekitar Sudirman-Thamrin. Berbeda saat masih dibebaskan, area tersebut kini terlihat lebih lengang.
"Diharapkan reservasi dua hari sebelum hari H. Satu orang pun bisa dilayani," ucap Rindra. Sarinah kini dikunjungi rata-rata 35 ribu di hari biasa dan bisa sampai 50 ribu pengunjung di akhir pekan. Tertarik untuk ikut paket tur?
Â
Advertisement