Probolinggo Jadi Pemenang We Love Cities 2022, Kalahkan 63 Kota di Dunia

WLC merupakan kampanye global dengan partisipasi aktif publik melalui media sosial yang bertujuan mendorong masyarakat di seluruh dunia menyatakan dukungan pada pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Nov 2022, 09:44 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2022, 10:01 WIB
Teradisi Petik Laut warga Kelurahan Ketapang Probolinggo Kota digelar kembali setelah 2 tahun vakum akibat pandemi Covid-19 (Istimewa)
Teradisi Petik Laut warga Kelurahan Ketapang Probolinggo Kota digelar kembali setelah 2 tahun vakum akibat pandemi Covid-19 (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kota Probolinggo sukses kampiun sebagai pemenang We Love Cities (WLC) 2022. Kota di Jawa Timur itu berhasil mengalahkan 63 kota dari 27 negara di dunia peserta WLC, dengan jumlah suara dukungan sebanyak 820 ribu dan 80 ribu saran perbaikan dari warga Kota Probolinggo untuk pengelolaan kota yang lebih baik dan berkelanjutan.

Kampanye WLC tahun ini telah berlangsung pada 19 September--31 Oktober 2022. Berdasarkan keterangan resmi pada Liputan6.com, Senin (21/11/2202), dijelaskan bahwa WLC merupakan kampanye global dengan partisipasi aktif publik melalui media sosial yang bertujuan mendorong masyarakat di seluruh dunia menyatakan dukungan pada pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

Kampanye ini juga bertujuan menggali masukan dan solusi dari para warga demi terciptanya kota yang berkelanjutan dan nyaman ditinggali. Beberapa kota di Indonesia yang telah berhasil memenangkan WLC secara global, yakni Kota Balikpapan (2015), Kota Bogor (2016), dan Provinsi DKI Jakarta (2018).

Sementara, ini merupakan kali pertama Kota Probolinggo berhasil jadi partisipan WLC. Demi masuk sebagai peserta WLC, setiap kota harus terpilih sebagai finalis di kompetisi One Planet City Challenge (OPCC).

OPCC merupakan kompetisi persahabatan global antarkota di seluruh dunia dalam menanggulangi perubahan iklim melalui aksi dan ambisi iklim masing-masing. Selain Probolinggo, pada OPCC 2021–2022, Balikpapan dan Jakarta juga merupakan finalis nasional OPCC. 

"Kami melibatkan seluruh perangkat daerah dalam kampanye ini dan menyosialisasikan program lingkungan hidup Kota Probolinggo dan mengajak masyarakat memberi dukungan, baik melalui voting, saran dan masukan, hingga interaksi di media sosial," Wali Kota Probolinggo, Habib Hadi Zainal Abidin, dalam keterangannya.

Ia menyambung, "Mudah-mudahan tidak menjadi euforia semata. Namun, kecintaan kita pada Kota Probolinggo harus tampak dari apa yang kita perbuat demi menciptakan kota yang nyaman untuk ditinggali."

 

Peran Aktif Warga

Penanaman Mangrove di Pantai Permata Kota Probolinggo untuk cegah perubahan iklim (Istimewa)
Penanaman Mangrove di Pantai Permata Kota Probolinggo untuk cegah perubahan iklim (Istimewa)

Probolinggo kemudian berada di garda terdepan dalam upaya menjaga suhu global di bawah 1,5 derajat celcius. Namun, upaya pemerintah kota mencapai target iklim tidak akan tercapai tanpa peran serta aktif dari seluruh lapisan penduduknya.

CEO Yayasan WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, mengatakan, "Yayasan WWF Indonesia mengucapkan selamat pada Kota Probolinggo sebagai pemenang Global We Love Cities 2022 dan berharap keberhasilan Kota Probolinggo dapat menginspirasi pemerintah daerah lain untuk turut berpartisipasi dalam kompetisi ini pada edisi berikutnya dan berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan rendah emisi."

Data United Nations Habitat mencatat, sebanyak 70 persen emisi gas rumah kaca berasal dari aktivitas perkotaan sehingga kota berperan penting dalam pencapaian target nasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang tercantum dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Sebelumnya, Delterra, Minderoo Foundation, dan WWF-Indonesia telah mengumumkan komitmen ambisius demi mengatasi masalah sampah di kawasan Bali Selatan. Ini sekaligus merupakan langkah awal dalam merespons krisis iklim.

Layanan Daur Ulang

Bersih-Bersih Pantai Kuta yang Penuh Sampah
Pekerja mengumpulkan sampah plastik saat membersihkan pantai Kuta dekat Denpasar di pulau wisata Bali (6/1/2021). Pada 1 Januari 2021, sekira 30 ton sampah diangkut dari kawasan Pantai Kuta dalam kegiatan bersih-bersih pantai. (AFP/Sonny Tumbelaka)

Berdasarkan keterangan pers pada Liputan6.com, 3 November 2022, program ini bertujuan menghadirkan layanan daur ulang dan pengelolaan sampah pada 2,5 juta orang, dimulai dengan 600 ribu orang di Kabupaten Badung selama tiga tahun ke depan. Konsorsium melalui Delterra telah memulai komitmen tersebut dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Kabupaten Badung.

"Memecahkan tantangan yang dihadapi planet kita dan orang-orangnya memerlukan pendekatan sistemik dan terukur dan itulah spesialisasi Delterra," kata Shannon Bouton, presiden sekaligus CEO Delterra. "Kemitraan yang berdampak sangat penting dalam menyelenggarakan transformasi ini dan kami sangat senang menyambut Minderoo Foundation dan WWF-Indonesia sebagai mitra konsorsium, yang secara efektif bergabung untuk solusi ekspansi yang ambisius ini."

Menciptakan ekonomi yang lebih sirkular di Bali diklaim akan berdampak pada lingkungan lokal dan global yang positif. Juga, dampak lanjutan yang memberi keuntungan dalam segi kesehatan, penghidupan, dan ekonomi.

Komitmen ini diumumkan dalam Road to the G20 Leaders' Summit di Bali, di mana fokus untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan lebih tinggi dari sebelumnya. Dalam kapasitas sebagai Knowledge Partner dalam acara "Beating Plastic Pollution from Source to Sea" kali ini, Delterra mendukung ambisi pemerintah Indonesia mengatasi permasalahan sampah dan polusi plastik.

Kerja Sama

Bersih-Bersih Pantai Kuta yang Penuh Sampah
Pekerja menggunakan alat berat membersihkan sampah dan sampah plastik saat pembersihan pantai Kuta dekat Denpasar di pulau wisata Bali (6/1/2021). Tiga alat berat dikerahkan untuk memudahkan pengangkutan sampah. (AFP/Sonny Tumbelaka)

Aditya berkata, "Plastik tidak seharusnya berada di alam. Tapi, mengurangi polusi plastik dari ekosistem kita dan dalam sirkular ekonomi yang bertanggungjawab adalah tantangan yang kompleks dan membutuhkan pendekatan holistik untuk mengelola semua jenis limbah. Melalui sistem pengelolaan sampah terpadu, No Plastic in Nature Initiative WWF-Indonesia bekerja di seluruh siklus hidup plastik untuk meningkatkan penggunaan kembali plastik yang sudah beredar dan mengeliminasi polusi plastik ke alam."

Ia menyambung, "WWF-Indonesia telah bekerja sama dengan kota-kota dalam projek Plastic Smart Cities, dan pemangku kepentingan lain untuk Free Oceans Networks. Kami bersemangat untuk kerja sama yang berdampak dengan Delterra di Denpasar dan menantikan untuk bersama-sama meningkatkan kerja dan pengaruh."

Delterra dan konsorsium mitra berkomitmen melakukan aksi nyata yang akan mentransformasi sistem pengelolaan dan daur ulang sampah. Koalisi yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan ini percaya bahwa perubahan yang nyata dan berkelanjutan adalah hal yang mungkin, dengan cara menciptakan pasar baru yang menyatukan pasokan bahan daur ulang dengan permintaan dari pembeli korporat.

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya