Penumpang Pesawat Bertubuh Plus Size Merasa Didiskriminasi Maskapai Penerbangan, Diharuskan Beli 2 Tiket per Sekali Jalan

Pada April 2023, Jae’lynn Chaney, seorang influencer travel berukuran plus-size asal Amerika Serikat meluncurkan petisi yang mendesak Federal Aviation Administration (FAA) mengamanatkan semua maskapai penerbangan untuk mengeluarkan kebijakan yang memprioritaskan kenyamanan semua penumpang, termasuk penumpang berbadan besar.

oleh Dyra Daniera diperbarui 14 Jun 2023, 07:31 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2023, 07:31 WIB
Jae'lynn Chaney
Pelancong dengan ukuran tubuh besar, Jae'lynn Chaney, melayangkan petisi kepada Federal Aviation Administration. (Dok. Instagram/@jaebaeproductions)

Liputan6.com, Jakarta - Pada April 2023, Jae’lynn Chaney, seorang influencer travel bertubuh plus-size asal Amerika Serikat meluncurkan petisi yang mendesak Federal Aviation Administration (FAA) mengamanatkan semua maskapai penerbangan untuk mengeluarkan kebijakan yang memprioritaskan kenyamanan semua penumpang, termasuk penumpang berbadan besar. 

Dikutip dari CNN pada Selasa, 13 Juni 2023, kebijakan terkait wisatawan bertubuh plus-size cenderung bervariasi dari satu maskapai ke maskapai lainnya. Beberapa maskapai, termasuk United Airlines, mensyaratkan "pelanggan yang memerlukan tempat duduk tambahan" untuk membeli kursi tambahan terlebih dahulu, kemudian mengembalikan uang jika ternyata ada kursi yang kosong. 

Namun, belum ada standar universal yang mengatur hal ini. Beberapa maskapai penerbangan bahkan tidak memiliki pedoman sama sekali, yang berarti bahkan wisatawan sulit mengakses perkembangan informasi tersebut. 

Permintaan akan kebijakan yang mengatur penumpang plus-size semakin mendesak lantaran ukuran tubuh di seluruh dunia kini semakin besar, sementara lebar rata-rata kursi pesawat kian menyusut. Para ahli memprediksi bahwa lebih dari setengah populasi dunia akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas pada 2035.

Akibatnya, semakin banyak penumpang kemungkinan akan kesulitan duduk ke dalam kursi pesawat, dan beberapa mungkin terkena imbasnya secara finansial.

"Kami membutuhkan kebijakan yang sedikit lebih teratur," kata Chaney kepada CNN Travel. "Setidaknya, kami membutuhkan setiap maskapai memiliki kebijakan yang memberi tahu orang-orang yang berukuran besar bagaimana cara menggunakan maskapai tersebut."

Charles Leocha, salah satu pendiri kelompok advokasi konsumen maskapai Travelers United, membagikan pendapat yang sama. "Semua penumpang berukuran plus-size membutuhkan adanya penjelasan aturan-aturan tersebut," tambahnya. "Hal ini dapat menghilangkan banyak kesalahpahaman."

Menuntut Tersedianya Kursi Gratis

Jae'lynn Chaney
Influencer travel, Jae'lynn Chaney, memulai petisi untuk memberikan kursi ekstra gratis bagi penumpang berbadan besar. (Dok. Instagram/@jaebaeproductions)

Di luar Amerika Serikat, Undang-Undang Konsumen Australia melarang maskapai penerbangan untuk membebankan tarif berbeda kepada penumpang berdasarkan ukuran tubuh mereka. Sementara itu, kebijakan "satu orang, satu tarif" (one person, one fare) yang mencegah maskapai penerbangan seperti Air Canada, Air Canada Jazz, dan WestJet untuk membebankan penumpang yang membutuhkan kursi tambahan untuk membayar dua tiket, telah disahkan oleh Badan Transportasi Kanada pada 2008.

Di Kanada, obesitas diakui sebagai kecacatan sehingga penumpang memenuhi persyaratan mendapatkan kursi tambahan secara gratis. Namun, aturan tersebut hanya berlaku untuk penerbangan domestik, yang berarti para wisatawan berukuran besar masih perlu membeli kursi tambahan ketika melakukan penerbangan internasional.

Salah satu tuntutan yang tercantum dalam petisi Chaney, yang telah mendapatkan lebih dari 17.000 tanda tangan pada saat ini ditulis, adalah bahwa semua maskapai penerbangan harus "menyediakan kursi tambahan yang dapat diakses kepada pelanggan yang membutuhkan lebih banyak ruang”.

"Para penumpang ini harus diberikan kursi tambahan secara gratis, atau bahkan beberapa kursi, untuk memenuhi kebutuhan mereka dan memastikan kenyamanan dan keselamatan mereka, serta orang-orang di sekitar mereka, selama penerbangan," tulis petisi tersebut.

Membayar Lebih Mahal untuk Pengalaman Sama

Influencer asal AS Jae’lynn Chaney membuat petisi yang meminta pihak maskapai penerbangan untuk memberikan kursi tambahan bagi penumpang plus size sepertinya. (Dok: Tangkapan layar laman Change.org)
Influencer asal AS Jae’lynn Chaney membuat petisi yang meminta pihak maskapai penerbangan untuk memberikan kursi tambahan bagi penumpang plus size sepertinya. (Dok: Tangkapan layar laman Change.org)

Bagi Chaney, masalah ini merupakan hal yang sangat pribadi. Sejak usia muda, ia selalu memerlukan extension sabuk pengaman untuk duduk di pesawat. "Saya sudah tahu sejak saya berusia 12 tahun bahwa pesawat tidak dirancang untuk orang-orang seperti saya," ujarnya.

Chaney merasa bahwa kebijakan maskapai penerbangan yang mengharuskan penumpang bertubuh besar untuk membeli kursi tambahan merupakan tindakan "diskriminatif". Ia menekankan bahwa penumpang seperti dirinya harus "membayar dua kali lipat untuk pengalaman yang sama".

"Orang-orang dengan tubuh lebih kecil hanya membayar satu tarif untuk sampai ke tujuan mereka," katanya. "Dan kami harus membayar dua tarif, meskipun kami mendapatkan pengalaman yang sama. Jika boleh dikatakan, pengalaman kami sedikit lebih menantang."

United Airlines, salah satu maskapai penerbangan di Amerika Serikat yang mengharuskan penumpang berukuran besar membeli kursi tambahan, menolak untuk berkomentar. Chaney menolak anggapan bahwa penumpang bertubuh besar meminta perlakuan istimewa. Ia menekankan bahwa mereka hanya "meminta martabat dan rasa hormat yang sama dari maskapai penerbangan seperti halnya seseorang dengan tubuh yang lebih kecil".

Melanggar Hak Asasi Manusia

Influencer asal AS Jae’lynn Chaney membuat petisi yang meminta pihak maskapai penerbangan untuk memberikan kursi tambahan bagi penumpang plus size sepertinya. (Dok: Instagram/@jaebaeproductions)
Influencer asal AS Jae’lynn Chaney membuat petisi yang meminta pihak maskapai penerbangan untuk memberikan kursi tambahan bagi penumpang plus size sepertinya. (Dok: Instagram/@jaebaeproductions)

Aktivis hak penumpang udara asal Kanada, Gabor Lukacs, menyatakan bahwa ia melihat praktik membebankan biaya dua kursi kepada penumpang berukuran besar sebagai masalah hak asasi manusia.

Lukacs mengatakan, "Banyak orang salah sangka, tapi sebenarnya menjadi orang berukuran besar bukanlah pilihan. Sayangnya, ada banyak pendapat negatif dan prasangka terhadap orang dengan ukuran plus-size."

"Dalam perspektif hak asasi manusia, saya tidak melihat alasan apapun untuk membebankan biaya ganda kepada orang-orang ini," sambungnya.

Lukacs melanjutkan dengan menunjukkan bahwa maskapai penerbangan tidak memberikan diskon kepada orang yang berukuran lebih kecil, bahkan anak-anak, meskipun mereka jauh lebih ringan dan karena itu, "bahan bakar yang dikonsumsi untuk mengangkut mereka lebih sedikit."

Menurut Chaney, selain menjadi "beban finansial," kemungkinan membayar untuk dua kursi adalah tantangan tambahan bagi pelancong berukuran plus-size yang sudah mendapat banyak kesulitan saat bepergian. "Stereotip yang ada pada para wisatawan berukuran besar, dan sikap tidak suka terhadap kami saat kami bepergian dengan pesawat sungguh mengerikan," katanya.

Selama dua dekade terakhir, lebar kursi rata-rata telah menyusut dari 47 menjadi 43 cm. Sementara itu, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh World Obesity Federation, sekitar 38 persen dari populasi dunia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. 

Pada 2022, Flyers Rights, sebuah organisasi nirlaba, mengajukan petisi kepada badan perhubungan Amerika Serikat untuk mengatur ukuran kursi minimum, dengan adanya kekhawatiran tentang risiko medis seperti pembekuan darah yang disebabkan oleh ruang terbatas. 

Infografis Pemicu Tiket Pesawat Mahal & Taktik Turunkan Harga
Infografis Pemicu Tiket Pesawat Mahal & Taktik Turunkan Harga (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya