Pengamat: Penundaan Eksekusi Mati Bisa Membuat Terpidana Depresi

Menurut peneliti Populi Center, Nico Harjanto, penundaan tersebut bisa mempengaruhi psikologi para terpidana mati.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 07 Mar 2015, 16:11 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2015, 16:11 WIB
Ilustrasi eksekusi penembakan
Ilustrasi eksekusi penembakan

Liputan6.com, Jakarta - Hingga kini Kejaksaan Agung belum memutuskan kapan akan dilaksanakan eksekusi terhadap para terpidana mati. Menurut peneliti Populi Center, Nico Harjanto, penundaan tersebut bisa mempengaruhi psikologi para terpidana mati.

"Jika eksekusi tidak kunjung dilakukan. Maka saat itu juga, bisa membuat para terpidana mati menjadi frustasi dan depresi," ujar Nico di Menteng, Jakarta, Sabtu (6/3/2015).

Di lain sisi, Nico menyatakan apa yang dilakukan pemerintah telah memperlihatkan ketegasan. Dengan diberlakukannya hukuman mati, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menunjukkan sifat tegas dan tidak kompromi terhadap hukuman mati bagi para bandar narkoba.

"Sejak kampanye mulai, survei mengatakan Presiden Jokowi pemimpin merakyat dan tidak ada survei yang bilang Pak Jokowi pemimpin yang tegas," ujar Nico.

Nico menjelaskan, karena Jokowi defisit akan pamor soal ketegasan. "Isu ketegasan akan jadi beban pak Jokowi. Dia akan selalu menunjukkan soal ketegasan," jelasnya.

Dengan menunjukkan ketegasan kepada pihak luar, lanjut Nico, maka hal tersebut juga akan berdampak terhadap publik di dalam negeri.

"Karena politik luar negeri kepanjangan dari kepentingan dalam negeri. Apa yang mau ditunjukkan di luar negeri, akan berdampak ke dalam negeri. Karena ini penting bagi Presiden Jokowi," tandas dia. (Ado/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya