Polri Kirim Satgas Khusus Evakuasi WNI di Yaman

Mereka adalah para ahli forensik, dokter khusus kepolisian, ahli analis intelijen, serta tim khusus perlindungan perempuan dan anak.

oleh Fahrizal Lubis diperbarui 31 Mar 2015, 13:13 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2015, 13:13 WIB
PM Yaman Mundur di Tengah Bentrokan di Ibukota
Asap membumbung di Sana'a, ibukota Yaman, yang digempur milisi Syiah yang datang dari pegunungan.

Liputan6.com, Jakarta - Masih ada sekitar 2.686 WNI yang berada di Yaman. Untuk mengevakuasi mereka dari negara yang tengah dilanda perang saudara itu, Kementerian Luar Negeri berkoordinasi dengan Polri bakal mengirimkan 1 Satgas Misi Kemanusiaan.

"Satgas Evakuasi Polri ini merupakan perintah Bapak Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti," tulis Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Pol Sugeng Priyanto dalam pernyataan tertulisnya di Jakarta, Selasa (31/3/2015).

Dia mengatakan, satgas  ini nantinya bakal dipimpin oleh Perwira Menengah Divisi Hubungan Internasional Polri Kombes Pol Krishna Murti. Tim ini bakal berisi 7 personel. Mereka terdiri dari 5 polisi pria dan 2 polisi wanita.

Mereka adalah para ahli forensik, dokter khusus kepolisian, ahli analis intelijen, serta tim khusus perlindungan perempuan dan anak.

"Satgas Evakuasi tersebut merupakan gabungan personel dari Satuan Mabes Polri, seperti Divhubinter, Baharkam Polri, Badan Intelijen dan Keamanan, Lemdikpol, serta Tim Kedokteran Kepolisian," tutur dia.

"Tim Polri ini akan bergabung dengan Tim Percepatan Evakuasi WNI dari Yaman yang dibentuk oleh Kemenlu," imbuh Sugeng.

Rencananya, tim gabungan ini akan berangkat pada Rabu, 1 April 2015. Mereka akan bertugas minimal selama 14 hari.

"Akan disesuaikan dengan kebutuhan dinamika situasi di Yaman," ujar dia.  Sugeng mengatakan, para personel Polri ini akan dibagi dalam dua wilayah penugasan, yaitu Sanaa, Yaman dan Salalah, Oman.

Yaman bergejolak setelah Milisi Houthi, yang berjuang untuk mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004. Aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014.

Puncaknya pada September 2014, ketika mereka menguasai Ibu Kota Sanaa, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi. Kondisi ini kemudian membuat Arab Saudi dan sekutunya turun tangan. (Ndy/Mut)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya