Sosok Tan Malaka di Mata Fadli Zon

Sosok Tan Malaka dikenal sebagai tokoh nasionalis dan muslim serta banyak melakukan aktivitas di lingkup nasional serta internasional.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Mar 2017, 06:48 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2017, 06:48 WIB
Tan Malaka
Tan Malaka (Ilustrasi Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai sosok Tan Malaka layak diberikan penghargaan. Salah satu alasannya karena telah berkontribusi dalam mendirikan negara Republik Indonesia dan perjuangannya melawan penjajah Belanda.

"Kita harus memberikan penghargaan kepada tokoh besar seperti Tan Malaka," kata Fadli dalam diskusi bertajuk "Pemikiran dan Perjuangan Tan Malaka" di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 27 Maret 2017, seperti dikutip dari Antara.

Dia mengapresiasi Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh yang memberi nama jalan sepanjang 45 kilometer dengan nama Tan Malaka.

Ia juga menyarankan agar beberapa tempat yang pernah disinggahi Tan Malaka, diberikan nama pahlawan nasional tersebut.

"Misalnya Tan Malaka pernah singgah di Kalibata, di daerah itu bisa diberikan nama Tan Malaka sebagai nama jalan," ujar Fadli.

Politikus Partai Gerindra itu menilai sosok Tan Malaka sebagai tokoh nasionalis dan muslim serta banyak melakukan aktivitas di lingkup nasional serta internasional.

Selain itu, Fadli menilai, Tan Malaka banyak memberikan gagasan kebangsaan, salah satunya membuat buku terkait pemikiran Indonesia menjadi negara republik pada 1925.

"Itu monumental dan gagasan kebangsaan itu menjadi banyak perbincangan," ucap dia.

Peneliti asal Belanda, Harry Poze dalam diskusi itu memaparkan ada 14 karakter yang dimiliki Tan Malaka, antara lain sebagai seorang Minangkabau. Tan Malaka banyak dipengaruhi oleh latar belakang tanah kelahirannya tersebut.

Dia mencontohkan Tan Malaka merantau ke berbagai tempat seperti tradisi masyarakat Minang dan dalam buku yang ditulisnya banyak sindirannya dalam bahasa Minangkabau.

"Lalu watak Tan Malaka yang lain adalah sebagai komunis-nasionalis karena pada tahun 1920-an PKI menjadi satu-satunya partai politik yang berdasarkan nasionalis. Lalu saat itu Syarikat Islam dekat dengan PKI seperti Haji Misbach dan dalam kurun waktu tahun 1926-1927 banyak kiai ikut memberontak melawan Belanda," ujar Harry.

Dia juga menjelaskan berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Tan Malaka menjadi agen Komunis Internasional (Komintern) untuk mendirikan partai politik berhaluan komunis di Asia.

Harry mengatakan, dia menemukan beberapa surat Tan Malaka kepada Komintern yang melaporkan kegiatannya dalam berbagai bahasa seperti Belanda, Melayu, dan Jerman.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya