Bawaslu: Kasus Dugaan Pelanggaran PSI Berakhir 16 Mei 2018

Selain memanggil PSI, Bawaslu juga memanggil Komisi Pemilihan Umum, Dewas Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, ahli bahasa, dan agency jasa iklan.

oleh Yunizafira Putri Arifin Widjaja diperbarui 04 Mei 2018, 19:15 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2018, 19:15 WIB
Tak Mau Kalah dengan Suporter Bola, Peserta Parpol Bawa Poster Nomor Urut
Pendukung peserta partai politik PSI dan PPP menunjukkan nomor parpol sambil yel-yel usai pengambilan nomor urut peserta pemilu 2019 di KPU, Jakarta, Minggu (18/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Mochammad Afifuddin mengatakan, penindaklanjutan atas dugaan pelanggaran kampanye di luar jadwal yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) akan selesai pada 16 Mei 2018. Setelahnya, baru akan didapatkan keputusan.

"Kasus ini akan berakhir di 16 Mei, setelah itu mungkin sudah akan ada keputusan, akan sudah ada hasil atas klarifikasi yang dilakukan," ujar Afif, di Kantor Bawaslu RI, JL MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (4/5/2018).

Bawaslu tengah melakukan pemanggilan terhadap PSI hari ini. Beberapa pengurus PSI terlihat memenuhi panggilan tersebut, salah satunya yakni Sekjen PSI Raja Juli Antoni.

Sebelumnya, munculnya dugaan iklan tersebut dikarenakan, partai yang dipimpin Grace Natalie itu muncul di beberapa media cetak nasional dan daerah pada 23 April 2018 dengan menampilkan identitas partai seperti lambang partai dan nomor urut peserta pemilu.

Selain itu, ditampilkan juga di dalamnya foto Jokowi, serta hasil survei partai dengan judul 'Alternatif Cawapres dan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo' yang berisi nama dan foto calon cawapres juga calon menteri periode 2019-2024.

Selain memanggil PSI, Bawaslu juga memanggil Komisi Pemilihan Umum, Dewas Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, ahli bahasa, dan agensi jasa iklan yang menjadi jembatan antara PSI dan beberapa media tersebut

"Sesuai jadwal kelihatannya memang KPU yang sudah konfirmasi. Sedang diklarifikasi itu adalah penyedia atau agensi. Termasuk pidana atau hukumnya seperti apa nanti kita akan dengarkan. Termasuk juga dari ahli bahasa terkait cita dirinya seperti apa," ujar Afif.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jeratan Pasal Bila Terbukti

Ingat, Ini Daftar Nomor Urut 14 Parpol Peserta Pemilu 2019
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie (tengah) mendapatkan nomor 11 sebagai peserta pemilu 2019 saat pengundian nomor urut parpol di kantor KPU, Jakarta, Minggu (19/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurut Afif, jika nantinya PSI terbukti, maka akan masuk ke ranah hukum pidana dan dikenakan Pasal 492 dalam Undang-Undang Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017.

"492. Ya itulah. Tuntutan 1 tahun sama denda 12 juta," kata dia.

Adapun isi Pasal 492 dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 berbunyi sebagai berikut:

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Kampanye Pemilu di luar jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU (Kabupaten/Kota untuk setiap Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 276 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama I (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya