Gubernur Jatim: Penolakan Pemakaman adalah Hukuman Sosial untuk Teroris

Gubernur Jatim mengakui sudah tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk selanjutnya mencarikan makam bagi para teroris.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2018, 16:40 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2018, 16:40 WIB
Gubernur Jatim Pastikan Kegiatan Keagamaan di Gereja Aman
Soekarwo Gubernur Jawa Timur didampingi Irjen Pol Machfud Arifin Kapolda Jatim dan Mayjend TNI Arif Rahman Pangdam V Brawijaya mengunjungi beberapa gereja di Surabaya. (suarasurabaya.net/Abidin)

Liputan6.com, Surabaya - Masyarakat menolak jenazah teroris dimakamkan di wilayahnya. Gubernur Jawa Timur Soekarwo menilai penolakan pemakaman para pelaku teror itu adalah bentuk hukuman sosial dari masyarakat.

"Saat ini, masyarakat telah memberikan hukuman atau sanksi sosial, seperti reaksi tidak boleh dimakamkan di daerahnya," ujar Soekarwo di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Minggu (20/5/2018).

Menurut dia, reaksi tersebut menunjukkan keyakinan masyarakat akan pentingnya hidup berdampingan secara pluralisme dengan damai. Ini juga tanda masyarakat sepakat kekerasan tidak menyelesaikan masalah.

Selain itu, kata dia, masyarakat telah mengetahui terorisme bukan perintah agama, karena tidak ada agama manapun yang membenarkannya.

"Sangat tidak dibenarkan ajaran radikalisme dan semua agama menolak kekerasan, apalagi sampai melakukan pembunuhan seperti itu," ucap Pakde Karwo, sapaan akrabnya seperti dilansir Antara.

Kendati demikian, orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut mengakui sudah tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk selanjutnya mencarikan makam bagi para teroris.

 

3 Jenazah Belum Dimakamkan

Jenazah
Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin mengaku, sudah 10 jenazah dari 13 jenazah teroris yang meninggal dunia saat insiden bom di Surabaya dan Sidoarjo, serta terlibat baku tembak dengan Densus 88 Polri.

Tiga jenazah di antaranya telah dimakamkan di Sidoarjo, yakni berasal dari Rusunawa Wonocolo masing-masing atas nama Anton Ferdiyanto (46), Hilia Aulia Rahman (18) dan Sari Puspitarini (47).

Sedangkan, tujuh jenazah lainnya oleh Kapolda Jatim masih belum disampaikan identitas, termasuk lokasi pemakamannya.

"Hanya tinggal tiga jenazah yang belum karena masih menunggu hasil DNA. Tapi untuk yang lainnya sudah 'klir' dan dimakamkan," kata Kapolda Jatim.

Sebelumnya, lima insiden ledakan terjadi selama dua hari di Jawa Timur. Tiga ledakan terjadi pada Minggu 13 Mei 2018. Bom bunuh diri meledak di tiga gereja, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di wilayah Ngagel, GKI Wonokromo Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Raya Arjuno.

Kemudian, malamnya, sekitar pukul 20.00 WIB bom meledak di Rusunawa Blok B lantai 5 Kelurahan Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo. Sebuah bom bunuh diri juga meledak pada Senin 14 Mei pukul 08.50 WIB di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya