Japnas: Dunia Usaha Perlu Prediksi Cermat Kurangi Risiko Covid-19

Dia menyatakan, pemerintah telah berupaya mitigasi atas kemungkinan terpuruknya dunia usaha dengan mengalokasikan anggaran khusus penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 20 Mei 2020, 21:52 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2020, 13:48 WIB
Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Bayu Priawan
Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Bayu Priawan. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional Japnas Bayu Priawan menyatakan, pandemik Coronavirus (Covid-19) telah menghentikan banyak kegiatan produksi akibat pembatasan sosial yang dilakukan di sejumlah daerah. Kegiatan ekonomi pun jadi terganggu.

"Pandemi Covid-19 telah menyebabkan terganggunya ekonomi bisnis secara ekstrim, khususnya sektor produksi. Sehingga jalinan mata rantai sektor terkait juga terganggu, bahkan stagnasi," kata Bayu Priawan di acara Webinar bertajuk Potret Kondisi dan Prediksi New Normal Ekonomi Indonesia, Selasa (19/5/2020).

Dia menyatakan, pemerintah telah berupaya mitigasi atas kemungkinan terpuruknya dunia usaha dengan mengalokasikan anggaran khusus penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19.

"Namun dunia usaha perlu prediksi secara cermat dan lebih prudential agar tidak terlalu dalam menanggung risiko," katanya.

Sementara itu, Faisal Basri yang juga hadir di acara tersebut mengatakan, telah terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan akibat pandemik Covid-19.

"Bahkan sektor keuangan mengalami guncangan, bursa saham dan pasar obligasi ikut tertekan. Investasi nyaris berhenti, dan jutaan pekerja telah dirumahkan,” katanya.

Hampir semua negara di dunia, kata Faisal, ekonominya mengalami tekanan yang hebat akibat pandemic Coronavirus.

"Kurva aggregate supply bergeser ke kiri. Semua sektor terkait terganggu, sehingga mengakibatkan demand shock, menggeser aggregate demand ke kiri atau ke bawah. Semua negara telah mengalokasikan anggaran besar untuk menangani Covid-19," jelas Faisal.

Serba Tidak Jelas

Faisal membandingkan krisis ekonomi dan depresi besar pada 1929 akibat wabah penyakit yang notabene berbeda dengan kondisi dunia akibat. Pada masa lalu, langsung tersedia obatnya dengan sejumlah kebijakan ekonomi untuk memulihkannya. Berbagai perangkat kebijakan ekonomi membuat kegiatan usaha dan masyarakat bisa terus berlangsung.

"Tapi akibat Covid-19 saat ini, semua berjalan serba tidak jelas. Sistem informasi dan globalisasi yang sangat masif menjadikan kondisi ekonomi dunia terguncang. Akibatnya di tingkat operasional bisnis terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan," kata Faisal Basri.

Ketua Harian Japnas Widiyanto Saputro menambahkan, pengusaha pada prinsipnya membutuhkan informasi kondisi dan forecast ekonomi aktual yang terpercaya, peta jalan yang cukup bisa diandalkan menghadapi situasi COVID-19 ini

"Ini kondisi luar biasa yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kita perlu memahami dimana ombak besar dan dimana karang. Sekalipun kita tak mampu mengatur arah angin, tapi kita bisa menyesuaikan layar. Mengambil kesempatan, tumbuh dan melaju cepat kedepan," ujar pemilik Arumbumi Group ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya