Prediksi Ahli Epidemiologi UI soal Perkembangan Corona Covid-19 di Indonesia

2,4 juta orang akan menjalani perawatan rumah sakit jika pemerintah tidak mengeluarkan tindakan pencegahan terhadap virus corona Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2020, 20:45 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2020, 20:45 WIB
Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)
Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ahli Epidemiologi dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono memprediksi, sebanyak 2,4 juta orang akan menjalani perawatan rumah sakit jika pemerintah tidak mengeluarkan tindakan pencegahan terhadap virus corona Covid-19.

"Kita mengestimasi kalau kita tidak melakukan apa-apa hanya sekadar mengimbau terserah orang mau apa, kira-kira bisa terjadi sampai 2,4 juta," ujar Pandu dalam web diskusi, Minggu (19/4/2020).

Namun, prediksi itu tidak akan tercapai karena pemerintah telah melakukan intervensi salah satunya dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan melakukan banyak tes corona Covid-19. Kendati, hal tersebut dinilai terlambat.

"Harusnya sudah mulai ketika presiden menerima surat dari WHO untuk segera mengambil langkah tegas dan strategis untuk merespons cepat mencegah pandemi ini," kata Pandu.

Pandu menjelaskan, ada tiga tingkatan intervensi terhadap virus corona, intervensi rendah dengan jaga jarak sosial, intervensi moderat dengan tes massal dan pembatasan sosial, hingga intervensi tinggi dengan tes massal dan pembatasan sosial berskala besar.

Dengan intervensi tinggi dapat menekan angka pasien yang dirawat karena corona hanya 300 ribu orang.

Namun, Pandu mengingatkan, Pembatasan Sosial Berskala Besar itu diterapkan secara nasional. Bukan PSBB yang saat ini diterapkan hanya di tingkat lokal saja.

"Aturan yang dikembangkan ini malah membuat birokrasi yang membuat virus senang sekali memperluas jangkauan dan ke seluruh Indonesia." ujar Pandu.

Jika pemerintah masih bersikap santai, diprediksi akan ada 800 ribu orang yang butuh perawatan rumah sakit terkait virus corona Covid-19. Angka itu jelas melebihi kapasitas layanan kesehatan yang ada, sehingga berpotensi menambah angka kematian.

"Kalau kita masih santuy, santai mengizinkan lain sebagainya, mungkin 800 ribu yang butuh perawatan rumah sakit. Yang terinfeksi jauh lebih banyak," jelasnya.

 

Puncak Covid-19 di Indonesia

Pandu juga memprediksi, puncak kasus virus corona Covid-19 di Indonesia bisa terjadi di sekitar minggu kedua dan ketiga Mei 2020.

Jika asumsi intervensi dilakukan dengan tingkat menengah, maka akan ada 30 ribu orang per hari yang akan dirawat di rumah sakit. Namun, jika pemerintah serius dapat menekan di angka puncak hanya 12 ribu orang yang dirawat.

"Kalau kita bisa intervensi serius sesuai teori, tidak sekadar imbauan tidak harapkan masyarakat patuh, maka kita bisa menekan virus hanya 12 ribu yang butuh perawatan. Ini kita bisa merawat dan tampung sehingga bisa cegah kematian," kata Pandu.

Karena itu, Pandu mendesak keseriusan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk memutus penyebaran virus corona. Pandu meminta pemerintah tidak hanya melakukan pembatasan di daerah tertentu, tetapi betul-betul secara nasional agar penurunannya di semua daerah juga merata.

"Kita harus bisa menyelesaikan ini bersama dengan waktu yang tidak jauh berbeda. Nanti ada provinsi yang mungkin Desember belum selesai. Ini saya khawatir," ucapnya.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya