Deretan Pesan Terbuka SBY untuk Presiden Macron

SBY menyoroti sikap Macron terkait karikatur Nabi Muhammad yang disebut sebagai bagian dari kebebasan berpendapat. Mestinya kebebasan tersebut tidak dijadikan sebagai dalih untuk menggambar Nabi Muhammad.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Nov 2020, 08:32 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2020, 08:22 WIB
20161102-Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Gelar Jumpa Pers di Cikeas-Bogor
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menggelar jumpa pers di Cikeas, Bogor, Rabu (2/11). Presiden ke-6 RI itu menyampaikan tanggapannya terkait berbagai isu nasional, keamanan dan politik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pesan terbuka kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron menyikapi pernyataannya yang dinilai telah melukai umat muslim di seluruh dunia.

"Di sinilah saatnya saya harus berkata langsung. Hentikanlah membuat karikatur Nabi Muhammad. Sekali lagi, hentikanlah. Tindakan itu sangat melukai, menghina, melecehkan dan bahkan menantang umat Islam di seluruh dunia," tegas SBY dalam keterangan tertulisnya, Senin, 2 November 2020.

SBY bahkan menyoroti sikap Macron terkait karikatur Nabi Muhammad yang disebut sebagai bagian dari kebebasan berpendapat. Mestinya menurut SBY, kebebasan tersebut tidak dijadikan sebagai dalih untuk menggambar Nabi Muhammad.

"Janganlah karikatur Nabi Muhammad justru dijadikan contoh pembenar bagi mutlaknya kebebasan. Sebaliknya, yang bijak dan mendidik adalah bila mengatakan seperti ini... 'meskipun kebebasan itu hak yang asasi bagi setiap manusia, namun tak berarti tidak ada batasnya. Contohnya, janganlah kita membuat karikatur Nabi Muhammad karena itu akan sangat melukai umat Islam'. Mestinya begitu yang harus disampaikan, dan bukan sebaliknya," pesan SBY.

SBY pun mengungkap cara masing-masing negara, dalam hal ini Indonesia dan Prancis dalam hal penangangan terorisme, kemudian memberikan berbagai pandangannya terkait kondisi krisis yang terjadi saat ini.

Berikut sederet pesan terbuka yang disampaikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertajuk "Dunia Tak Pernah Damai Jika Kebebasan Didewakan dan Toleransi Diabaikan" untuk Presiden Macron:

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dunia Kembali Terbelah

SBY menyebutkan akibat dari pernyataan Macron yang mengatasnamakan kebebasan di atas segala-galanya, membuat dunia menjadi terbelah.

Di satu sisi para pemimpin dunia barat mendukung dan membangun solidaritas untuk Prancis. Sementara di sisi lain para pemimpin negara Islam mengecam penghinaan terhadap Islam.

"Para pemimpin negara-negara Barat segera membangun solidaritas dan dukungan terhadap Perancis. Tema besarnya adalah kebebasan itu dijamin oleh negara. Kebebasan harus diterima oleh siapa pun dan tak boleh diganggu. Kebebasan, atau freedom itu di atas segalanya. Sementara itu, di sisi lain, para pemimpin dan tokoh di dunia Islam kembali mengecam penghinaan terhadap Islam, atau blasphemy, defamation, melalui pembuatan karikatur Nabi Muhammad tersebut. Kemarahan umat Islam makin besar ketika Presiden Macron mengeluarkan pernyataan yang dinilai mendiskreditkan agama Islam (insulting)," ungkap SBY. 

 

Jangan Bersitegang di Tengah Pandemi

Dalam hal ini, SBY menyoroti terbentuknya dua kutub yang saling berlawanan di tengah pandemi Corona dan krisis ekonomi global.

Yang seharusnya saling bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, malah sebaliknya justru saling bersitengang satu dengan yang lain.

"Perbuatan seperti itu tak boleh dibiarkan dan harus dilawan. Harus diberikan penalti. Pandangan yang saling berbenturan inilah yang membuat situasi di banyak belahan dunia kembali bergolak. Kembali memanas."

"Saat ini, munculnya clash dan pertikaian seperti itu sesungguhnya tidaklah diharapkan. Ingat, semua bangsa sedang menghadapi pandemi corona dan krisis ekonomi global yang sangat serius. Yang diperlukan bukannya permusuhan dan perpecahan, tetapi justru kemitraan dan kerja sama," ucapnya. 

 

Pentingnya Menjadi Inklusif dan Toleran

Presiden ke-6 RI ini juga menyebut dengan menggunakan terminologi barat, bahwa dirinya adalah muslim yang moderat—tidak radikal.

Menurutnya perlu sekali bagi umat manusia seluruh dunia membangun toleransi serta seiring berjalannya dengan memegang teguh akidahnya masing-masing.

Meskipun Huntington sendiri pada Clash of Civilization dan pandangan Dominique Moisi menggambarkan adanya masalah mendasar bagi dunia Islam dan dunia Barat, justru bagi Presiden ke-6 RI tersebut diperlukan membangun jembatan atau dialog antara Islam dan Barat.

"Jika meminjam terminologi Barat, saya ini seorang muslim moderat dan bukan radikal. Saya juga berpikiran terbuka dan senantiasa membangun toleransi dengan umat agama mana pun, identitas apa pun. Meskipun, sebagai seorang muslim saya tetap teguh pada akidah ajaran Islam."

"Ketika memimpin Indonesia dulu, tak pernah lelah saya berjuang, baik di dalam negeri maupun di forum internasional, bagi terbangunnya hubungan antara Barat dan Islam yang lebih teduh dan lebih harmonis. Saya mengerti teori Huntington tentang Clash of Civilization dan pandangan Dominique Moisi tentang Geopolitics of Emotion, yang menggambarkan adanya masalah yang fundamental dalam hubungan dunia Barat dan dunia IslamJustru di sinilah saya berpikir dan berpendapat, perlunya membangun jembatan atau dialog antara Islam dan Barat, agar satu sama lain saling memahami. Bukan hanya saling bicara, tetapi juga saling mendengar," tegas SBY.

 

Presiden Macron Bisa Jadi Pemimpin yang Lebih Arif dan Bijaksana

 

Selain itu, SBY juga mengajak Presiden Macron agar lebih arif dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah serta menasehati agar mengimbangi pandangan serta keyakinannya dengan pandangan dan keyakinan pemimpin lain. 

"Khusus kepada Presiden Perancis Macron, Anda bisa menjadi pemimpin yang lebih arif dan lebih bijaksana. Tolong imbangi pandangan dan keyakinan Anda, dengan pandangan dan keyakinan pemimpin lain yang berbeda. Ingat, semua bangsa punya hak untuk tinggal dan hidup di bumi ini. Semuanya setara. Tidak boleh ada yang memonopoli kebenaran dan selalu mendiktekan pandangan-pandangannya."

"Saya bukan hanya pandai berkata-kata. Di masa lampau, Indonesia juga mengalami aksi-aksi terorisme yang serius. Kami juga tegas dalam memerangi terorisme. Namun, tidak pernah mengatakan bahwa agama Islamlah yang salah dan bermasalah, seperti nada bicara Anda beberapa saat yang lalu."

 

Kebebasan Itu Tidak Mutlak

Dalam pesan terbukanya, SBY juga menyebutkan bahwa kebebasan itu sifatnya tidak absolut. Apabila  sifatnya absolut maka akan menganggu kebebasan orang lain.

Ia sendiri tidak membenarkan bahwa dalih kebebasan mutlak Macron yang membuat umat Islam sedunia justru murka dengan pernyataannya.

Tak hanya itu, SBY juga menggunakan argumentasi yang kuat dengan dalil pasal 29 ayat 2 Universal Declaration of Human Right yang menjelaskan bahwa penggunaan hak kebebasan dibatasi oleh moralitas, ketertiban dan keamanan masyarakat.

"Tidakkah “Universal Declaration of Human Rights” yang diproklamasikan dan diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Desember 1948 di Paris, di negeri Anda sendiri Presiden Macron, menetapkan adanya pembatasan, atau limitation. Pembatasan itu berkaitan dengan penggunaan hak dan kebebasan yang dimiliki oleh seseorang (the exercise of rights and freedoms)."

"Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 29 Ayat 2, dari Universal Declaration of Human Rights, menurut saya jiwa dan esensinya adalah... “penggunaan hak dan kebebasan itu dibatasi oleh pertimbangan, atau jika berkaitan dengan, moralitas, ketertiban dan keamanan masyarakat, serta kesejahteraan umum."

"Saya berpendapat, penggambaran karikatur Nabi Muhammad adalah termasuk dalam lingkup pembatasan ini," Jelas SBY.

 

Membangun Kepedulian Antar-Dunia Barat dan Islam

SBY pun memberikan pandangan kalau dunia Barat maupun Islam mesti menahan diri untuk tidak saling menyalahkan dan membenarkan pandangannya masing-masing.

Menurutnya perlu adanya kepedulian dan solidaritas bersama guna menyelesaikan persoalan yang terjadi saat ini.

"Saat ini situasi memang sedang panas. Semestinya pemimpin dari pihak mana pun, Barat maupun Islam, bisa menahan diri serta tidak memprovokasi dan mengagitasi, agar situasinya tidak semakin buruk dan berbahaya. Yang diperlukan adalah kepedulian, tekad dan aksi nyata para pemimpin, untuk mencari solusi agar pertikaian ini tak terus berlangsung."

Sebelum mengakhiri pesannya, SBY mengatakan bahwa keragaman identitas adalah anugerah Tuhan YME yang mesti dijaga dengan rasa kebersamaan dan kekeluargaan sesame umat manusia dunia.

Ia juga menegaskan jangan gunakan identitas sebagai komoditas politik, itu sangat berbahaya akan berdampak pada terbelahnya umat manusia. Dengan saling menyayangi dan menghormati satu dengan yang lain, akan menjadi nyaman di rumah besar bangsa yang damai.

"Identitas bukanlah untuk memisahkan kita. Keragaman identitas adalah anugerah Tuhan, yang harus kita syukuri untuk menjadikan bangsa kita besar dan kuat. Karenanya, jangan sekali-kali menjadikan identitas sebagai komoditas politik. Itu sangat berbahaya. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang terbelah (divided nation)."

"Taman kehidupan yang harus kita bangun adalah suasana yang damai dan indah, di mana di antara kita terbangun sikap saling sayang menyayangi, saling hormat menghormati serta saling bertoleransi dan bertenggang rasa. Ingat, para pendiri republik mendambakan negeri ini menjadi rumah besar bagi semua. Rumah besar bagi bangsa yang damai, adil dan makmur. Insya Allah, kita semua tengah menuju ke situ."

 

(Muhammad Sulthan)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya