Tanjung Mas Dipilih untuk Menjadi Lokasi Pertama Program Stunting Dashat

Pencegahan stunting di Indonesia terus digencarkan. Menurut, Presiden Joko Widodo pada awal Januari 2021 mengungkapkan bahwa stunting di Indonesia ditargetkan turun menjadi 14 persen pada 2024.

oleh Reza pada 24 Nov 2021, 17:59 WIB
Diperbarui 24 Nov 2021, 17:58 WIB
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo

Liputan6.com, Jakarta Pencegahan stunting di Indonesia terus digencarkan. Menurut, Presiden Joko Widodo pada awal Januari 2021 mengungkapkan bahwa stunting di Indonesia ditargetkan turun menjadi 14 persen pada 2024. Dia memastikan anggaran dan program untuk mencapai target tersebut sudah dipersiapkan.

Salah satu program yang telah dijalankan adalah kegiatan dapur sehat atasi stunting (Dashat). Hal itu untuk mendukung percepatan penurunan stunting. Melalui penyediaan makanan sehat dengan dukungan sumber makanan lokal yang ada.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati memulai Kick Off penanganan stunting di Kelurahan Tanjung Mas, Kota Semarang, Senin (08/11).

Kepala BKKBN Dokter Hasto dalam sambutannya mengungkapkan, "Di Tanjung Mas ini menjadi titik awal komitmen bersama kita melalui kegiatan dapur sehat atasi stunting (Dashat) untuk mendukung percepatan penurunan stunting. Melalui penyediaan makanan sehat dengan dukungan sumber makanan lokal yg ada. Kelurahan Tanjung Mas akan menjadi percontohan untuk daerah lain," ungkapnya.

Menurut Dokter Hasto, Dashat merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta/balita stunting terutama dari keluarga kurang mampu. Melalui pemanfaatan sumberdaya lokal (termasuk bahan pangan lokal) yang dapat dipadukan dengan sumberdaya/kontribusi dari mitra lainnya.

Dokter Hasto menambahkan untuk percepatan penanganan stunting, BKKBN sedang menyiapkan tim pendamping keluarga risiko stunting. 

"Setiap tim pendamping keluarga akan berjumlah tiga orang, yang memberdayakan potensi tokoh masyarakat dan kader yang sudah ada di desa tersebut dan tenaga kesehatan," ujarnya. 

Menurutnya, tim pendamping keluarga akan mendapatkan dukungan dana operasional dari BKKBN. Sementara jumlah tim yang akan dibentuk di Kota Semarang menurutnya berjumlah 1274 tim. 

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo

"Bulan November ini mereka akan dilatih untuk kemudian bisa segera bekerja di Januari 2022," pungkasnya. 

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menjelaskan kelurahan Tanjung Mas dipilih menjadi tempat kick off karena angka kemiskinannya mencapai sekitar 20% dari jumlah penduduk. 

"Kemudian juga saat ini masih ada 79 balita dibawah usia dua tahun yang terindikasi stunting sehingga butuh penanganan," ujar Hendi.

Menurut Wali Kota Semarang yang biasa disapa Hendi, dalam rangka percepatan penurunan stunting Kota Semarang telah melakukan beberapa inovasi diantaranya pendampingan dan pemberian makanan kepada ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anak Balita Stunting.

Sebagai uji coba di Kelurahan Tanjung Mas dengan memberikan makanan sehari tiga kali selama tiga  bulan (Oktober, November, Desember 2021) kepada 16 ibu Hamil KEK dan 79 Balita.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya