DPR Usul Dibentuk Task Force dalam Forum AIPA untuk Myanmar

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana menghadiri Forum AIPA (Asean Inter-Parliamentary Assembly) Caucus di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 13 Jun 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2024, 09:00 WIB
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana menghadiri Forum AIPA (Asean Inter-Parliamentary Assembly) Caucus di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana menghadiri Forum AIPA (Asean Inter-Parliamentary Assembly) Caucus di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. (Foto: Dokumentasi BKSAP DPR).

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana menghadiri Forum AIPA (Asean Inter-Parliamentary Assembly) Caucus di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam.

Menurutnya, ada beberapa hal yang dibahas salah satunya resolusi tentang Myanmar.

AIPA Caucus membahas berbagai hal, di mana tahun lalu berbagai resolusi telah diadopted sewaktu di Jakarta, politik, ekonomi, sosial budaya, tentang perempuan dan pemuda, youth juga dibahas berbagai implementasi dan laporan masing-masing negara sudah disampaikan pada sesi pertama AIPA Caucus,” kata Putu melalui keterangannya, Kamis (13/6/2024).

Menurut Putu, hanya 9 negara yang hadir dalam forum tersebut dari 10 negara. Putu menyebut Negara Myanmar yang tidak hadir karena masih alami proses menuju demokrasinya di mana Junta Militer sedang berkuasa di negara tersebut.

“Dalam pemaparan Sekretaris AIPA, bahwa berbagai kegiatan yang dilakukan memang cukup aktif. Sejak tahun lalu, sebenarnya sangat aktif sewaktu Indonesia menjadi chair atau Ketua AIPA. Tahun ini kegiatan tersebut berjalan tapi tidak sebanyak tahun lalu,” ungkapnya.

Dari laporan itu disampaikan, lanjut Putu, berbagai resolusi telah diimplementasikan di berbagai negara dan Indonesia salah satu negara yang telah melakukan implementnsi dari resolusi itu sekitar 85 persen.

“Artinya, kita termasuk sudah yang cukup baik untuk implementasikan resolusi yang diadopt AIPA,” ujar Anggota Inter-Parliamentary Union (IPU) untuk Pembangunan Keberlanjutan ini.

 

Kedamaian di Myanmar

Namun, Putu mengungkap masih ada beberapa isu lain yang belum terimplementasikan, secara khusus AIPA telah mengeluarkan satu resolusi berhubungan Myanmar.

Saat ini, kata dia, Negara Myanmar di Forum ASEAN dan AIPA tidak dihadirkan, secara khusus masih tidak diundang.

“Mereka anggota tetap bayar iuran tapi tidak dihadirkan dalam berbagai kegiatan AIPA sampai bisa implementasikan resolusi AIPA, yaitu mengimplementasikan 5 poin konsensus tersebut. Ada sebuah resolusi AIPA yang sudah adopt dalam pertemuan sebelumnya, berhubungan political matters yaitu tentang resolution on parliamentary cooperation in contributing to long lasting peace in Myanmar,” ungkap dia.

 

Ciptakan Demokrasi di Myanmar

Maka dari itu, Putu sebagai Ketua Delegasi Indonesia menyampaikan bahwa sangat penting anggota AIPA untuk bisa turut membantu proses demokratisasi kembali di Myanmar.

Tentu, kata dia, anggota AIPA harus memastikan juga agar Myanmar melaksanakan 5 poin konsensus yang telah disepakati, dan mengambil peran untuk membantu first track diplomasi pemerintah.

“AIPA harus bergerak lebih konkret dan kita usulkan ada task force. Usulan itu bisa dalam bentuk task force agar bisa dibentuk dan bekerja secara khusus untuk mendampingi, bahkan hadir dan membantu mediasi junta militer dengan pihak secara khusus CRPH atau parlemen, yang sudah dipilih rakyat dulu yang resmi yang sekarang dalam pengasingan,” jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya