Liputan6.com, Jakarta - RS Polri Kramat jati terus berupaya untuk mengidentifikasi jenazah korban insiden kebakaran Gedung Glodok Plaza. RS Polri pun juga telah membuka pos antemortem kepada pihak keluarga yang mengaku anggota keluarganya menjadi korban kebakaran tersebut sejak Kamis (16/1) kemarin.
Kabid DVI Dokpol Pusdokkes Mabes Polri, Kombes Pol Ahmad Fauzi mengatakan hingga saat ini, pihaknya telah menerima delapan kantong jenazah korban kebakaran itu. Diketahui beberapa korban pada saat ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan.
Advertisement
Baca Juga
"Sebagainya kan kita enggak tahu karena kondisinya kan harus terbakar. Yang sulit dibedakan secara visual dan nanti itu kita butuhkan scientific ya. Misalnya secara ilmiah apakah jenazah atau bukan," jelas Fauzi, Minggu (19/1/2025).
Advertisement
Pos antemortem tersebut juga didirkan agar pihak keluarga dapat membawa sampel yang nantinya dapat dicocokkan identitas jenazah korban kebakaran. Beberapa metode yang bisa menguak identitas korban yakni dengan menganalisa dari gigi korban yang nantinya dapat mengetahui usai dan lain sebagainya.
"Kemudian dari properti didapat mungkin kalau masih ada tersisa ya kita upayakan kita analisa juga propertinya, pakaiannya dan lain sebagainya," ucap Fauzi.
Tak Bisa Lewat Sidik Jari
Lebih lanjut, Fauzi menyebut, tidak menutup kemungkinan identitas korban juga bisa diketahui berdasarkan sidik jari. Hanya saja, hal itu sudah tidak dimungkinkan dengan kondisi korban yang sudah terbakar.
"Kita minta data-data antemortemnya, data-data korban sebelum meninggal dunia. Ciri-ciri fisiknya, kemudian pakaian perlengkapan, pakaian, aksesoris yang terakhir dipakai pada saat kejadian," jelasnya.
Jika nantinya proses pengenalan jenazah tidak bisa dilakukan, maka polri akan menggunakan metode identifikasi melalui DNA.
Advertisement
Pemeriksaan Sampel DNA
Dia mengatakan, pemeriksaan sampel DNA ini merupakan metode yang sangat diandalkan.
"DNA itu ada sifatnya 'direct' dan 'indirect'. Kalau 'direct' itu dari benda-benda kepemilikan korban," katanya.
Dia mengambil contoh sikat gigi dan pakaian dalam korban. Kedua hal tersebut bisa digunakan untuk menemukan identitas korban.
"Sedangkan yang tidak langsung itu justru dari keluarga," kata dia.
Reporter: Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka.com