Teka-teki 'keputusan penting' yang tertulis dalam akun Twitter Gita Wirjawan, @GWirjawan terjawab sudah. Pria kelahiran 47 tahun lalu itu secara resmi mengundurkan diri dari Menteri Perdagangan pada Jumat 31 Januari 2014. Keputusan itu resmi berlaku mulai 1 Februari 2014.
Rencana pengunduran Gita dari Kabinet Indonesia Bersatu II itu memang timbul tenggelam. Awalnya, pria yang ikut dalam konvensi Partai Demokrat itu mengklaim mampu menunaikan tugas menterinya secara maksimal.
Namun isu Gita mengundurkan diri dari jabatannya berhembus kencang pada September 2013. Tak lama berselang, akhir September 2013, isu itu pun kian kencang. Bahkan Gita mengaku telah menyampaikan niat pengunduran dirinya kepada Presiden SBY.
"Soal mundurnya itu, saya sudah sampaikan lisan ke Presiden. Saya sudah sampaikan ke presiden secara lisan apabila ada benturan kepentingan, saya sangat bersedia untuk mundur. Dan itu hak prerogatif presiden," tutur Gita.
Kini gayung bersambut. SBY mengabulkan permohonan Gita mundur dari Menteri Perdagangan. "Sudah diperkenankan," kata Gita saat jumpa pers di Gedung Kementerian Perdagangan, Jumat (31/1/2014).
'Mimpi' yang Terselip
Mundurnya Gita dari Menteri Perdagangan menuai sejumlah dugaan dari berbagai kalangan. Bahkan ada yang menduga kasus impor beras asal Vietnam berada di balik pengunduran diri sang pengusaha tersebut.
Namun, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menampik tudingan tersebut. Dirinya menjamin langkah Gita tersebut tak ada hubungannya dengan beras. "Saya jamin tidak ada hubunganya," imbuh dia.
Lantas apa motif Gita mundur dari kursi menteri tersebut? "Karena ingin fokus pada konvensi Capres Partai Demokrat," kata Gita dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (31/1/2014).
"Mengingat betapa pentingnya Partai Demokrat bagi kepentingan bangsa. Sudah saatnya menyukseskan konvensi. Ini menghindari konflik kepentingan saya sebagai peserta konvensi dan saya sebagai Mendag," kata Gita.
Dalam Konvensi Demokrat, Gita akan bertarung dengan 10 kandidat lainnya. Mereka adalah Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Sinyo H Sarundajang, Ali Masykur Musa, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Hayono Isman, Marzuki Alie, Irman Gusman, dan Pramono Edhie Wibowo.
Dari 11 nama tersebut, menurut Analis sosial media Politicawave Yose Rizal, hanya ada dua nama yang mampu bertahan eksis di jejaring sosial. Keduanya adalah Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan.
Kabar ini membuat Gita rela menanggalkan jabatannya dan fokus meraih mimpi dalam konvensi. Ada sejumlah mimpi Gita yang terselip dalam konvensi tersebut. Jika ia sukses meraih RI 1 dalam konvensi, ia sudah memiliki gambaran sosok presiden ideal.
"Presiden ke depan itu, pertama, dia harus memastikan mau mendengar suara rakyat, aspirasi rakyat, lebih mendengar. Kedua, dia harus bisa urun rembuk, bekerjasama dengan rakyat untuk mencari jawaban dan dalam jawabannya ada solusi," kata Gita dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com.
Selain itu, khusus soal pemberantasan korupsi, Gita mengatakan, presiden ke depan harus tegas untuk mendukung kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Presiden ke depan harus berani meningkatkan jumlah penyidik dari 100 ke anggaplah 4.500 supaya rasionya 1:1000 antara jumlah penyidik dan jumlah PNS," tambah dia.
Untuk menggapai itu semua, Gita mengaku optimis dapat memenangkan konvensi tersebut. Hal itu lantaran dirinya memiliki persyaratan yang tak dimiliki oleh lainnnya.
"Saya yang paling muda. Saya optimistis menang," kata Gita di Warkop Jurnalis Medan, Sumatera Utara, Selasa (21/1/2014).
Saat ini, kata Gita, pemimpin Indonesia harus berasal dari kalangan muda dan enerjik. "Biar mampu beraktivitas dengan intens," imbuhnya.
Batu Loncatan
Beragam tanggapan muncul dari sejumlah pihak terkait sikap Gita yang akan fokus pada konvensi. Sanjungan hingga cibiran menyertai langkah mantan Presiden Direktur JP Morgan Indonesia tersebut.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, Gita Wirjawan sebaiknya menyelesaikan terlebih dahulu persoalan di lembaganya sebelum berhenti untuk mencari posisi yang lebih tinggi lagi.
"Jangan, jabatan-jabatan itu batu loncatan di posisi yang lebih tinggi. Selesaikan dulu atas kewajiban dan tanggung jawab sesuai amanat sekarang, baru kemudian rakyat yang memilih. Jangan belum selesai sekarang kemudian menyusahkan pekerjaan. Ini kesan kurang baik," papar dia.
Din mengatakan, seharusnya bila sedari awal Gita ada keinginan maju sebagai Capres, dia menolak ditunjuk sebagai menteri.
Anggota Komisi III DPR Bambang Soestyo menilai mundurnya Gita Wirjawan ini lebih melihat sebagai sebuah pencitraan dan bisa juga lari dari tanggung jawab. "Karena banyak yang harus dituntaskan," imbuh dia.
Namun Anggota Komisi VI DPR Iskandar Syaichu justru mengapresiasi langkah Gita mundur dari Kabinet Indonesia Bersatu II. Bahkan jika Gita tak mundur, akan terjadi benturan kepentingan yang serius.
"Benturan itu hanya akan membuahkan persepsi publik yang tidak baik," ucap Iskandar.
Golkar-PKS Tak 'Doyan'
Setelah Gita mundur dari jabatannya, kursi Menteri Perdagangan kini kosong. Siapa penggantinya, belum dipastikan.
Yang pasti, kursi tersebut tidak bakal diisi oleh kader dari Partai Golkar. Karena menurut Bambang Soesatyo, partainya bisa dikatakan bodoh jika menerima tawaran mengisi jabatan tersebut.
"Ibarat kapal besar, kapal ini sudah bocor di mana-mana. Kalau ada partai Golkar yang mau menerima kekosongan itu, bodoh," jelas Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (31/1/2014).
Anggota Komisi II DPR Fahri Hamzah juga mengutarakan hal yang sama. Menurutnya, PKS tak tertarik untuk mengisi kekosongan kursi Menteri Perdagangan tersebut.
"Kursi menteri? ahh enggak (tertarik). Saya melihat kabinet SBY sudah hancur lebur," imbuhnya.
"Sudahlah percaya saya. Karena (SBY) tidak membangun solidaritas yang benar dalam kabinet," tandas Fahri.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi setelah surat pengunduran Gita diberikan kepada Presiden SBY, otomatis pihaknya akan menungu keputusan SBY itu secara resmi. "Kita tunggu nanti keputusan Presiden," ucap dia. (Ali)
Rencana pengunduran Gita dari Kabinet Indonesia Bersatu II itu memang timbul tenggelam. Awalnya, pria yang ikut dalam konvensi Partai Demokrat itu mengklaim mampu menunaikan tugas menterinya secara maksimal.
Namun isu Gita mengundurkan diri dari jabatannya berhembus kencang pada September 2013. Tak lama berselang, akhir September 2013, isu itu pun kian kencang. Bahkan Gita mengaku telah menyampaikan niat pengunduran dirinya kepada Presiden SBY.
"Soal mundurnya itu, saya sudah sampaikan lisan ke Presiden. Saya sudah sampaikan ke presiden secara lisan apabila ada benturan kepentingan, saya sangat bersedia untuk mundur. Dan itu hak prerogatif presiden," tutur Gita.
Kini gayung bersambut. SBY mengabulkan permohonan Gita mundur dari Menteri Perdagangan. "Sudah diperkenankan," kata Gita saat jumpa pers di Gedung Kementerian Perdagangan, Jumat (31/1/2014).
'Mimpi' yang Terselip
Mundurnya Gita dari Menteri Perdagangan menuai sejumlah dugaan dari berbagai kalangan. Bahkan ada yang menduga kasus impor beras asal Vietnam berada di balik pengunduran diri sang pengusaha tersebut.
Namun, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menampik tudingan tersebut. Dirinya menjamin langkah Gita tersebut tak ada hubungannya dengan beras. "Saya jamin tidak ada hubunganya," imbuh dia.
Lantas apa motif Gita mundur dari kursi menteri tersebut? "Karena ingin fokus pada konvensi Capres Partai Demokrat," kata Gita dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (31/1/2014).
"Mengingat betapa pentingnya Partai Demokrat bagi kepentingan bangsa. Sudah saatnya menyukseskan konvensi. Ini menghindari konflik kepentingan saya sebagai peserta konvensi dan saya sebagai Mendag," kata Gita.
Dalam Konvensi Demokrat, Gita akan bertarung dengan 10 kandidat lainnya. Mereka adalah Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Sinyo H Sarundajang, Ali Masykur Musa, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Hayono Isman, Marzuki Alie, Irman Gusman, dan Pramono Edhie Wibowo.
Dari 11 nama tersebut, menurut Analis sosial media Politicawave Yose Rizal, hanya ada dua nama yang mampu bertahan eksis di jejaring sosial. Keduanya adalah Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan.
Kabar ini membuat Gita rela menanggalkan jabatannya dan fokus meraih mimpi dalam konvensi. Ada sejumlah mimpi Gita yang terselip dalam konvensi tersebut. Jika ia sukses meraih RI 1 dalam konvensi, ia sudah memiliki gambaran sosok presiden ideal.
"Presiden ke depan itu, pertama, dia harus memastikan mau mendengar suara rakyat, aspirasi rakyat, lebih mendengar. Kedua, dia harus bisa urun rembuk, bekerjasama dengan rakyat untuk mencari jawaban dan dalam jawabannya ada solusi," kata Gita dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com.
Selain itu, khusus soal pemberantasan korupsi, Gita mengatakan, presiden ke depan harus tegas untuk mendukung kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Presiden ke depan harus berani meningkatkan jumlah penyidik dari 100 ke anggaplah 4.500 supaya rasionya 1:1000 antara jumlah penyidik dan jumlah PNS," tambah dia.
Untuk menggapai itu semua, Gita mengaku optimis dapat memenangkan konvensi tersebut. Hal itu lantaran dirinya memiliki persyaratan yang tak dimiliki oleh lainnnya.
"Saya yang paling muda. Saya optimistis menang," kata Gita di Warkop Jurnalis Medan, Sumatera Utara, Selasa (21/1/2014).
Saat ini, kata Gita, pemimpin Indonesia harus berasal dari kalangan muda dan enerjik. "Biar mampu beraktivitas dengan intens," imbuhnya.
Batu Loncatan
Beragam tanggapan muncul dari sejumlah pihak terkait sikap Gita yang akan fokus pada konvensi. Sanjungan hingga cibiran menyertai langkah mantan Presiden Direktur JP Morgan Indonesia tersebut.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, Gita Wirjawan sebaiknya menyelesaikan terlebih dahulu persoalan di lembaganya sebelum berhenti untuk mencari posisi yang lebih tinggi lagi.
"Jangan, jabatan-jabatan itu batu loncatan di posisi yang lebih tinggi. Selesaikan dulu atas kewajiban dan tanggung jawab sesuai amanat sekarang, baru kemudian rakyat yang memilih. Jangan belum selesai sekarang kemudian menyusahkan pekerjaan. Ini kesan kurang baik," papar dia.
Din mengatakan, seharusnya bila sedari awal Gita ada keinginan maju sebagai Capres, dia menolak ditunjuk sebagai menteri.
Anggota Komisi III DPR Bambang Soestyo menilai mundurnya Gita Wirjawan ini lebih melihat sebagai sebuah pencitraan dan bisa juga lari dari tanggung jawab. "Karena banyak yang harus dituntaskan," imbuh dia.
Namun Anggota Komisi VI DPR Iskandar Syaichu justru mengapresiasi langkah Gita mundur dari Kabinet Indonesia Bersatu II. Bahkan jika Gita tak mundur, akan terjadi benturan kepentingan yang serius.
"Benturan itu hanya akan membuahkan persepsi publik yang tidak baik," ucap Iskandar.
Golkar-PKS Tak 'Doyan'
Setelah Gita mundur dari jabatannya, kursi Menteri Perdagangan kini kosong. Siapa penggantinya, belum dipastikan.
Yang pasti, kursi tersebut tidak bakal diisi oleh kader dari Partai Golkar. Karena menurut Bambang Soesatyo, partainya bisa dikatakan bodoh jika menerima tawaran mengisi jabatan tersebut.
"Ibarat kapal besar, kapal ini sudah bocor di mana-mana. Kalau ada partai Golkar yang mau menerima kekosongan itu, bodoh," jelas Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (31/1/2014).
Anggota Komisi II DPR Fahri Hamzah juga mengutarakan hal yang sama. Menurutnya, PKS tak tertarik untuk mengisi kekosongan kursi Menteri Perdagangan tersebut.
"Kursi menteri? ahh enggak (tertarik). Saya melihat kabinet SBY sudah hancur lebur," imbuhnya.
"Sudahlah percaya saya. Karena (SBY) tidak membangun solidaritas yang benar dalam kabinet," tandas Fahri.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi setelah surat pengunduran Gita diberikan kepada Presiden SBY, otomatis pihaknya akan menungu keputusan SBY itu secara resmi. "Kita tunggu nanti keputusan Presiden," ucap dia. (Ali)