Antiklimaks Jepang Sebagai 'Rumah' Merek Motor

Jepang adalah 'rumah' bagi merek sepeda motor paling populer sekaligus laris di seluruh dunia. Tapi penjualannya terus menurun.

oleh Rio Apinino diperbarui 24 Agu 2017, 13:14 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2017, 13:14 WIB
Ninja H2R Mulai Dipasarkan di Jepang
Ninja H2R merupakan sepeda motor berspesifikasi balap namun dapat digunakan di jalan umum.

Liputan6.com, Tokyo - Jepang adalah "rumah" bagi merek sepeda motor paling populer sekaligus laris di seluruh dunia. Honda, Yamaha, Kawasaki, dan Suzuki adalah pemain-pemain utama yang produknya ada di kota dan di desa, di negara maju, dan berkembang.

Tapi Jepang sekaligus simbol dari antiklimaks. Penjualan sepeda motor di pasar domestik sana justru anjlok.

"Pasar moped (motor kecil) sangat sulit," terang Hiroyuki Yanagi, Presiden Yamaha Motor Corp, dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini. Moped sendiri adalah segmen motor paling laris, yang menyumbang kontribusi lebih dari setengah penjualan motor secara keseluruhan.

Data dari Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA), mengungkapkan bahwa sepanjang tahun lalu hanya ada 33 ribu motor yang terjual. Sebagai gambaran, pada 1982, penjualan motor mencapai puncaknya. Di tahun itu ada sekira 3,3 juta unit yang keluar dari diler.

Menurut Japan News, yang dikutip dari RideApart, penjualan motor turun tajam seiring dengan meningkatnya popularitas mobil kecil murah dan sepeda listrik. Di sana, mobil kecil mendapat subsidi. Sementara sepeda listrik dianggap lebih terjangkau.

Sepeda listrik, misalnya, dapat dibeli dengan harga sekira setengah dari biaya moped. Tahun lalu ada 540 ribu unit sepeda listrik terjual, atau 60 persen lebih banyak dari motor.

Industri sendiri seakan "tidak nyambung" dengan tren yang ada sekarang. Alih-alih memperkuat motor berkubikasi kecil, mereka justru lebih suka mengembangkan motor gede, yang harganya bisa lima sampai enam kali lebih mahal dari moped.

Beberapa pengamat industri di Jepang khawatir bahwa langkah ini dapat membuat pembeli muda menjauh sama sekali dari sepeda motor. Akhirnya, motor akan semakin ditinggalkan.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

Strategi

Honda
Booth sepeda motor Honda di IIMS 2017. (AHM)

Pada tahun fiskal 2015, usia rata-rata pembeli sepeda motor di Jepang berusia 53 tahun. Orang-orang ini adalah generasi yang tumbuh ketika motor masih sedang tren. Tahun 1982 ketika penjualan mencapai titik tertinggi, mereka masih remaja, 18 tahun.

Meski agaknya tidak nyambung dengan tren secara umum, tetapi di segmennya sendiri motor non-moped, dalam hal ini sport 125-250 cc, memang mengalami kenaikan. Tahun lalu angkanya naik 20 persen ketimbang 2015, meski secara total masih kecil.

Noriake Abe, chief officer of Honda’s motorcycle operations, mengatakan bahwa satu cara yang bisa dilakukan untuk membuat orang Jepang kembali suka motor adalah dengan membuat produk yang inovatif, meski ia tidak menyebut segmen mana yang harus difokuskan.

"Jika kita bisa memberi generasi muda kesenangan dan kegembiraan yang mereka harapkan ketika naik motor, mereka akan kembali kepada kami," terang Abe.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya