Imbas Pemberlakuan Tarif Impor China, Tesla Model 3 Standard Berhenti Diproduksi

Mobil termurah Tesla, Model 3 Standard Range, kini sudah tidak tersedia di pasar Amerika Serikat. Tesla terpaksa menyetop produksi mobil itu akibat pemberlakuan tarif impor China.

oleh Rendy Yansah diperbarui 04 Okt 2024, 14:08 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2024, 14:08 WIB
Tesla Model 3 Performance
Tesla Model 3 Performance memberikan peningkatan performa tajam dan beberapa detail penyesuaian. (Tesla)

Liputan6.com, Jakarta - Mobil termurah Tesla, Model 3 Standard Range, kini sudah tidak tersedia di pasar Amerika Serikat (AS). Penyebabnya diduga karena kenaikan tarif impor yang sudah berlaku untuk produk China. Hal itu membuat Tesla harus memberhentikan Model 3 dari pasar.

Sebelum ditarik, produsen mobil tersebut memasang harga Model 3 sebesar Rp 601 juta. Namun, saat ini mobil Tesla dengan harga termurah di pasar AS tersedia pada Model 3 Long Range RWD seharga Rp 655 juta.

Tampaknya Tesla enggan bersaing di pasar kelas bawah. Hal itu dibuktikan setelah sebelumnya Tesla juga menarik Model 2-nya, yang harganya lebih murah dari Model 3.

Penyebab berhentinya Model 3 Standard Range tidak bisa diatur atau dikendalikan Tesla. Jika diteruskan mengadopsi produk impor China, Tesla harus menaikkan harga.

Pasalnya, di pemerintahan Biden, barang-barang buatan Tiongkok telah diberlakukan kenaikan tarif impor pada 27 September silam, terutama untuk sel baterai LFP yang dikenakan tarif 25 persen, naik 7,5 persen dari tarif sebelumnya.

Dampak Tesla model 3 jika Diteruskan Beredar di Pasar

Pemberlakuan tarif pajak China di AS bukan hanya mempengaruhi produk China, tetapi harga Model 3 Standard Range juga ikut terdampak.

Jika Model 3 Standard tetap diedarkan, harganya mungkin akan menjadi lebih mahal daripada versi Long Range RWD, yang memiliki jangkauan lebih jauh.

Secara harga dan spesifikasi, Model 3 Standard tentu tidak diuntungkan jika dibandingkan dengan deretan kelasnya, sehingga Tesla terpaksa harus menarik mobil tersebut dari pasar.

Tesla bisa saja mengajukan keringanan pajak federal AS sebesar Rp 116 juta sebagai subsidi kendaraan listrik.

Namun, mengingat baterai yang digunakan Tesla berasal dari Tiongkok, tampaknya akan sulit untuk mendapatkan keringanan harga.

Sebagai gambaran, jika Tesla mendapatkan subsidi pajak federal dari pemerintah, harganya justru akan naik, bukan turun, sebab Tesla harus membayar pajak impor baterai jika ingin mendapatkan subsidi.

Jika dibandingkan antara pengeluaran pajak dan pendapatan subsidi, hal ini tidak menguntungkan bagi Tesla. 

Infografis Mobil Masuk Jakarta Harus Bayar
Infografis Mobil Masuk Jakarta Harus Bayar
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya