5 Hasil Survei Pilkada Jabar Selama Juni, Duo DM Tempel Rindu

Dari hasil survei lembaga ternama, dua teratas yang bersaing ketat yakni pasangan Ridwan-Uu atau Rindu dan Deddy-Dedi atau Dua DM yang mendominasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jun 2018, 02:08 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2018, 02:08 WIB
4 Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur mengkuti debat Pilkada Jabar di Sabuga, Bandung, Senin (12/3/2018).  (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)
4 Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur mengkuti debat Pilkada Jabar di Sabuga, Bandung, Senin (12/3/2018). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta Rabu, 27 Juni, sekitar 31,37 juta masyarakat Jawa Barat akan memilih calon pemimpin. Terdapat empat pasang calon gubernur dan calon wakil gubernur memperebutkan kursi kekuasaan di tanah pasundan.

Nomor urut 1 Ridwan Kamil - Uu Ruzhanul Ulum yang diusung PPP, PKB, Nasdem dan Hanura. Nomor urut 2 Tb Hasanuddin - Anton Charliyan didukung PDIP. Sedangkan nomor urut 3 Sudrajat - Ahmad Syaikhu yang diusung oleh Gerindra, PKS dan PAN. Terakhir, nomor urut 4 yakni Deddy Mizwar - Dedi Mulyadi didukung Demokrat dan Golkar.

Selama empat bulan kampanye, diketahui dari hasil survei lembaga ternama, dua teratas yang bersaing ketat yakni pasangan Ridwan-Uu atau Rindu dan Deddy-Dedi atau Dua DM yang mendominasi.

Satu bulan terakhir sebelum pencoblosan, sejumlah lembaga survei merilis elektabilitas para kandidat di Pilgub Jabar.

Indo Barometer

Survei yang dilakukan pada 7-13 Juni 2018, menempatkan pasangan Ridwan-Uu di posisi teratas dengan elektabilitas 36,9 persen.

Pesaing terberatnya yakni Deddy-Dedi dengan perolehan 30,1 persen. Diikuti jauh di bawah Sudrajat-Ahmad Syaikhu 6,1 persen dan TB Hasanddin-Anton Charliyan 5 persen. Swing voters 20,8 persen.

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)

Survei dilakukan pada 22 Mei1 Juni 2018. Hasilnya, Ridwan-Uu memperoleh elektabilitas sebesar 43,1 persen. Mengutit di belakangnya yakni Deddy-Dedi 34,1 persen.

Sementara dua pasangan lainnya jauh di bawah. Yakni, Sudrajat-Syaikhu 7,9 persen dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan 6,5 persen.

LSI Denny JA

Survei dilakukan pada 7-14 Juni 2018. Dalam hasil survei ini, Ridwan-Uu tetap memimpin dengan perolehan elektabilitas 38,0 persen. Disusul Deddy-Dedi dengan 36,6 persen.

Lalu Sudrajat-Ahmad Syaikhu 8,2 persen dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan sebesar 7,7 persen.

Poltracking Indonesia

Survei dilakukan pada 18-22 Juni 2018. Lagi-lagi pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum memimpin dengan elektabilitas sebesar 42 persen. Menempel ketat di bawahnya pasangan Deddy-Dedi dengan 35,8 persen.

Sementara Sudrajat-Ahmad Syaikhu 10,7 persen, dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan 5,5 persen.

Instrat

Melakukan survei pada 18 Juni hingga 21 Juni 2018. Hasilnya berbeda dengan empat survei lainnya. Dari hasil Instrat, Deddy-Dedi sukses ungguli Ridwan dan Uu.

Deddy-Dedi memperoleh elektabilitas 38,17 persen. Disusul pesaing terdekatnya yakni Ridwan-Uu dengan 33,92 persen.

Di posisi ketiga ditempati oleh Tb Hasanuddin-Anton Charliyan dengan 8,67 persen. Sementara posisi buncit Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan 8,5 persen.

 

Hasil Tak Jauh Dari Survei

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Firman Manan merasa hasil Pilgub Jabar pada 27 Juni mendatang tak akan jauh dari yang dipaparkan dalam survei. Namun problem yang terjadi saat ini, kata dia, lembaga survei banyak yang bertindak sebagai konsultan politik bagi para paslon. Sehingga ada potensi hasil survei tidak objektif dan hanya bertujuan untuk membangun opini publik.

"Oleh karena itu, lembaga survei harus terbuka kepada publik, mengumumkan, siapa yang membiayai survei tersebut," ujar Firman dalam pesan singkat, Senin (25/6).

Firman yakin, apa yang terjadi pada 2008 dan 2013 tidak akan terulang. Dimana saat itu, hasil survei menempatkan Ahmad Heryawan dengan elektabilitas rendah, tapi kenyataannya menang.

Dia menilai, kesalahan saat itu kemungkinan karena metodologi survei. Misalnya, waktu survei itu dilakukan masih jauh dari waktu pencoblosan, swing voters dan undicided masih tinggi, di atas 20 persen.

"Hari ini, praktis mayoritas lembaga survei melakukan surveinya mendekati hari pencoblosan atau seminggu jelang hari H. Sehingga hasilnya tidak akan beda jauh. Peristiwa 2008 dan 2013 potensinya sangat kecil untuk terulang kembali," katanya.

Reporter: Randy Ferdi Firdaus

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video pilihan Berikut ini: 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya