Ma'ruf Amin Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terbaik ke-3

Menurut Ma'ruf, Indonesia sudah cukup bagus bila dinilai secara pertumbuhan ekonomi makro. Bahkan, ia mengatakan Indonesia sudah masuk dalam peringkat ketiga.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 26 Des 2018, 17:41 WIB
Diterbitkan 26 Des 2018, 17:41 WIB
Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin melanjutkan safari ke Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018).
Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin melanjutkan safari ke Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018).

Liputan6.com, Jakarta Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengatakan, Indonesia memiliki tingkat kemiskinan yang setara dengan negara Afrika. Salah satunya adalah Rwanda.

Menanggapi hal itu, calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin mengaku tidak setuju dengan ucapan Prabowo tersebut.

"Saya kira itu tidak benar ya. Negara kita itu kan negara yang secara makro itu sudah masuk negara yang nomor 3 dibanding dengan negara yang lainnya yaitu India, Cina, dan Indonesia. Jadi gak mungkin lah sama dengan negara-negara miskin yang lain itu," tukas Ma'ruf di kediamannya, Jl. Situbondo, Menteng, Jakarta, Rabu (26/12/2018).

Menurut Ma'ruf, Indonesia sudah cukup bagus bila dinilai secara pertumbuhan ekonomi makro. Bahkan, ia mengatakan Indonesia sudah masuk dalam peringkat ketiga. Hal ini merujuk pada ucapan Jokowi mengenai Indonesia yang menempati pertumbuhan ketiga setelah India dan Tiongkok dalam negara-negara G20.

Lagipula, menurut Ma'ruf, pemerataan melalui infrastruktur dan berbagai fasilitas di Indonesia juga sudah semakin baik. "Dan perubahan pengurangan jumlah kemiskinan sangat signifikan, bahwa memang warisan yang diterima Pak Jokowi itu memang besar, tetapi sudah di bawah 1 digit sekarang," jelas Ma'ruf lebih lanjut.

Karena itu, bila Jokowi terpilih kembali menjadi presiden untuk periode kedua, maka pastinya akan ada banyak peningkatan lain. Sebab, landasannya sudah terbangun.

"Begitu juga mengenai tenaga kerja, makin banyak peluang jumlah pekerjaan yang terbuka. Jadi makin hari makin besar. Jadi saya kira tidak benar, itu semua datanya kan ada," ucapnya.

Ma'ruf menambahkan, seharusnya masyarakat Indonesia jangan sampai dibuat takut akan pernyataan seperti yang dikatakan Prabowo.

"Jadi harus kita membangun masyarakat itu optimis. Dan kenyataannya juga banyak sekali upaya-upaya yang sudah berhasil. Jadi justru optimisme itu yang harus kita bangun kepada masyarakat," ujarnya.

"Ya kita boleh aja mau mencari dukungan, tapi dengan cara-cara yang bermartabat. Jangan menakutkan, jangan kemudian tidak berdasar pada fakta-fakta yang terjadi," tandas Ma'ruf.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Karding: Prabowo Berbohong

Cawapres Ma'ruf Amin menghadiri peringatan Hari Santri Nasional ke-2 bersama ulama se-Madura.
Cawapres Ma'ruf Amin menghadiri peringatan Hari Santri Nasional ke-2 bersama ulama se-Madura. (foto: dokumentasi tim kampanye pemenangan Jokowi-Ma'ruf)

Sementara itu, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin, Abdul Kadir Karding menilai Prabowo telah berbohong dan menakuti rakyat. Pernyataan ini juga dapat membuat rakyat menjadi pesimis.

"Kita lihat data, tahun 2017 GDP ya, GDP kita bangsa Indonesia itu 3.846 USD, sementara di Rwanda 2017 hanya 748,39. Di Haiti di tahun yang sama GDP-nya 756,68 USD," ujar Karding saat dihubungi wartawan, Jakarta, Rabu (26/12/2018).

Karding mengaku, data ini ia dapatkan dari Bank Dunia (World Bank) Tradenomics. Ia pun melanjutkan, hutang Indonesia saat ini adalah sebesar 28,7 persen dari GDP (Gross Domestic Product).

"Kalau Rwanda utangnya 40,2 persen dari GDP, jadi jauh. Kemudian Haiti 32 persen Haiti, inflasi yok gitu, kita 3,2, Rwanda -1, Haiti 14,3 persen," lanjut Karding.

Selain itu, untuk pengangguran sendiri, Indonesia memiliki angka sebesar 5,3 persen, Rwanda 16 persen, dan Haiti 14 persen.

Berdasarkan data yang sudah dipaparkannya, Karding menegaskan, Prabowo telah asal bicara tanpa melihat kepada data. Ia juga menilai Prabowo harus mengevaluasi kembali tim datanya. Prabowo tidak bisa menerima saja informasi yang datanya lemah.

"Ini berbahaya, karena kalau seorang pemimpin selalu berbohong dan menakut-nakuti, rakyatnya yang kasian," tandas Karding

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya