Pria Palembang Sukses dan Berbagi dengan Satu Tangan

Dengan satu tangan yang dimiliki, Azhari mampu berkarya menekuni usaha membuat kaki dan tangan palsu.

oleh Liputan6 diperbarui 21 Jan 2016, 18:50 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2016, 18:50 WIB
Aksi Damai Dukung Penyandang Disabilitas
Sebuah spanduk dibentangkan saat aksi damai "Bergerak Untuk Disabilitas", Jakarta, Kamis (7/5/2015). Kegiatan ini dilakukan untuk menyuarakan pemenuhan hak fasilitas umum yang mudah diakses oleh penyandang disabilitas (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Palembang - Azhari, penyandang disabilitas penghuni Panti Sosial Bina Daksa Wudi Perkasa, Palembang, Sulawesi Selatan, sudah puluhan tahun menekuni usaha pembuatan kaki dan tangan palsu untuk membantu para penyandang cacat lainnya.

"Walaupun memiliki kekurangan sebagai penyandang disabilitas tak membuat saya patah semangat, dengan satu tangan dimiliki mampu berkarya menekuni usaha membuat kaki dan tangan palsu," ucap Azhari (67) seperti dikutip Antara di Palembang, Kamis (21/1/2016).

Menurut dia, sudah puluhan tahun menekuni usaha membuat kaki dan tangan palsu tersebut. Kini, Azhari menghabiskan masa tua demi membantu para penyandang lainnya tanpa mengharap keuntungan. Hanya dengan bayaran sesuai kemampuan atau mengganti bahan bakunya.

 

Selain piawai membuat kaki dan tangan palsu, Azhari adalah salah satu atlet disabilitas terbaik Indonesia dengan segudang medali emas dikantongi dalam berbagai kejuaraan nasional maupun internasional.

Azhari menuturkan, kepiawaian membuat kaki dan tangan palsu diperoleh secara otodidak atau belajar sendiri ketika masih menjadi pegawai panti rehabilitasi disabilitas di Kota Solo, Jawa Tengah pada 1962.

Ia mengaku, bersama sesama kaum disabilitas menekuni usaha membuat kaki dan tangan palsu tanpa mematok harga. Bahkan, ia hanya meminta biaya pengganti bahan baku.

Kemampuan Azhari terus dikembangkan. Tak hanya membuat kaki dan tangan palsu, ia juga memproduksi korset khusus penderita penyakit tulang belakang.

Azhari menjelaskan, membuat kaki palsu di atas lutut diperlukan waktu 1 pekan. Sedangkan mengerjakan tangan palsu perlu waktu 2 minggu karena harus diukir terlebih dahulu sesuai dengan tangan asli.

"Saya berprinsip, baginya yang tidak memiliki tangan dan kaki harus jangan mudah putus asa, jangan lemah semangat, tunjukkan bahwa kita bisa walaupun memiliki kekurangan fisik," ujar dia.

Lebih jauh Azhari mengatakan, kaki dan tangan palsu yang dikerjakannya tak hanya dipakai oleh para penyandang cacat di panti sosial di Palembang. Para penyandang cacat dari provinsi di luar Sumsel, seperti Aceh, Pekan Baru dan Purwakarta, pun turut memakainya.

Selain berprofesi sebagai pembuat kaki dan tangan palsu, ia juga tekun menyemangati para sesama penyandang disabilitas untuk jangan pernah menyerah. "Teruslah berkarya untuk kebaikan orang lain," tutup Azhari.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya