Mahasiswa Bengkulu Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak

Teknologi pengolah sampah plastik jadi BBM terus dikembangkan.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 29 Jan 2016, 13:35 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2016, 13:35 WIB
20160129-Alat Olah Sampah
Prototipe pembuatan reaktor yang baru, dan sistem penampung minyak untuk mensuplay elemen pemanas berhasil diciptakan oleh 4 mahasiswa Teknik Elektro Universitas Bengkulu (liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putra)

Liputan6.com, Bengkulu - Empat mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, berhasil menciptakan alat pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM). Bahan bakar itu bisa untuk memasok energi panel surya menjadi sumber listrik alternatif.

Keempatnya adalah Adam Tirta Kusuma (22), Rudi Setiawan (22), Ferdy Fajrian (21), dan Muhammad Nico Permana (23). Dengan alat ciptaan itu, mereka berhasil menyabet beberapa penghargaan, di antaranya Juara 3  Lomba Cipta Elektro Teknik di ITS 2014, Juara 3 Lomba LKTIN B UNS, Juara 1 Balitbang Provinsi Bengkulu 2014, serta lolos PIMNAS 28 di Universitas Haluoleo 2015.

Ide itu muncul saat melihat kondisi lingkungan yang sangat mengkhawatirkan, khususnya terhadap pengelolaan sampah plastik. Mereka melihat sampah-sampah plastik bertebaran dimana-mana, padahal sampah plastik susah sekali diolah dan diuraikan. 

Prototipe pembuatan reaktor yang baru, dan sistem penampung minyak untuk mensuplay elemen pemanas berhasil diciptakan oleh 4 mahasiswa Teknik Elektro Universitas Bengkulu (liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putra)  
Adam Tirta menjelaskan alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak ini merupakan prototipe pembuatan reaktor yang baru dan sistem penampung minyak untuk memasok elemen pemanas.

"Karya ini akan terus dikembangkan seperti lebih memaksimalkan lagi fungsi panel surya sebagai pemasok energi pada pemanas. Kalau ini bisa terwujud, efisiensi yang akan didapat kemungkinan lebih besar," ujar Adam di Bengkulu, Jumat (29/1/2016).

Banyak kesulitan yang dihadapi. Salah satunya saat tim membuat alat untuk menguji kualitas minyak yang dihasilkan dari sampah plastik itu dengan menggunakan cahaya sebagai indikator. Adam menyatakan solusi untuk kesulitan itu memerlukan bantuan ahli.


Berbagai risiko juga pernah mereka alami saat eksperimen mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak itu diuji coba dengan menggunakan reaktor yang dipanaskan. Salah satunya kebakaran.

"Ketika kami coba memasukkan plastik lagi ke dalam reaktor yang sedang dipanaskan, tiba-tiba langsung muncul api yang besar sampai-sampai hampir membakar satu ruangan lab," kata Adam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya