3 Mahasiswa Malang 'Sulap' Air Keran Jadi Energi Listrik

Energi listrik yang dihasilkan bisa untuk hidupkan lampu LED.

oleh Zainul Arifin diperbarui 27 Jan 2016, 12:31 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2016, 12:31 WIB
Ilustrasi tarif Listrik Naik (2)
Ilustrasi tarif Listrik Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Malang - Tiga orang mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB) mengembangkan prototipe teknologi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi listrik rumah tangga. Mereka 'menyulap' air keran menjadi energi listrik.

Ketiga mahasiswa itu adalah Muhammad Fatahila (Mekanik), Hasan (Visual & Design), dan Rosihan Arby Harahap (Electric).

"Alat ini bisa menghasilkan tegangan dan daya listrik optimal di angka 5 volt dan 1 watt, sehingga dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik lampu LED atau diintegrasikan dengan pembangkit lain melalui sistem grid," kata Ketua Tim, Muhammad Fatahila, di Malang, seperti dilansir Antara, Rabu (27/1/2016).

Perangkat berupa generator mini yang bisa mengubah air keran menjadi energi listrik tersebut diberi nama OASE. Perangkat OASE itu juga bisa untuk lampu neon, tetapi masih butuh inverter dan prosesnya lebih lama. Jenisnya pun hanya neon LED karena lebih terang dan berdaya rendah.


Menurut Fatah, perangkat yang dibuat dalam 2 pekan itu disambungkan dengan penyimpan (storage) berupa baterai polimer atau aki. Selain sebagai penyimpan energi, penyimpan juga berfungsi untuk menjaga tegangan dan arus keluaran tetap stabil.

Dalam rencana pengembangan ke depan, alat yang dibuat di laboratorium elektronika tersebut akan dilengkapi dengan controller. Jika sudah disempurnakan, alat itu bisa dimuat ke dalam produk keran yang beredar di masyarakat sebagai upaya untuk mendukung home made energy di masa depan.

Ia mengatakan, teknologi tersebut dikombinasikan dengan teknologi energi terbarukan lainnya, seperti energi matahari atau kincir angin, yang dapat menambah diversifikasi energi terbarukan di kalangan rumah tangga.

"Biaya produksi alat ini sangat murah, yakni hanya Rp 120 ribu. Sebelumnya, alat ini juga berhasil menempati peringkat 3 pada National Innovative Product Exhibition Contest (NAPEC) 2015 yang digelar oleh Program Studi Teknik Kimia FT-UB," ujar Fatah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya