Liputan6.com, Bandung - Tinggal lama di tempat yang sama menciptakan kejenuhan bagi setiap warga binaan di Lapas Wanita Kelas II A Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Tak terkecuali dengan Zibek Sakeeva, narapidana kasus narkoba asal Kyrgyzstan.
Kejenuhan yang dialaminya dialihkannya dengan menari. Tarian yang dipelajari selama dua bulan ini adalah 4 tarian tradisional Sunda seperti Tarian Sulanjana dan Tarian Dadali. Bertambah dari sebelumnya yang hanya menguasai Mojang Priangan dan Rampak Kendang.
Hasil pelatihannya itu ditampilkannya dalam kegiatan yang digelar di Aula Lapas Wanita Sukamiskin, Kamis, 17 Maret 2016. Badannya cukup luwes menarikan gerakan walau tidak seluwes penari profesional.
"Saya ingin belajar banyak lagi, dan kalau bisa kami diajarkan lebih banyak tari lagi," kata Zibek seusai menari.
Kepala Lapas Wanita Sukamiskin Klas II A, Surta Duma menerangkan jika kesenian memang paling banyak diminati warga binaan untuk melepas ketegangan dan kejenuhan selama menjalani hukuman. Sementara bagi pihak Lapas, kegiatan itu bermanfaat untuk mengontrol perilaku para warga binaan.
Baca Juga
Surta menuturkan kelas tari mulai terselenggara setelah mantan warga binaan yang berinisiatif mengajarkan kemampuan tari pada teman-temannya. Saat itu, ia hanya menguasai dua jenis tarian, yakni Mojang Priangan dan Rampak Kendang.
Belakangan, minat warga binaan meningkat hingga mendorong Lapas Sukamiskin bekerja sama dengan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Lembaga itu sepakat untuk melatih warga binaan empat tarian tradisional baru. Jadwal latihan setiap dua kali seminggu selama dua bulan ini.
"Kerja sama dengan ISBI soal seni ini sangat bagus sekali, karena mereka sebelumnya hanya menguasai 2 jenis tarian saja," kata Surta.
Dia mengatakan warga binaan sangat antusias untuk berlatih tari. Bahkan dibandingkan kegiatan lainnya seperti olah raga, warga binaan lebih tertarik untuk menari.
Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Perencanaan Sistem Informasi dan Kerjasama ISBI Bandung, Suhendi Afryanto menerangkan tari bisa menjadi terapi seni bagi para warga binaan. Maka itu, ia berharap pelatihan seni tari tradisional itu bisa dilanjutkan.
"Bagaimanapun, seni bukan hanya aspek hiburan, tapi ada nilai-nilai yang membangun karakter. Karena melalui seni, tidak ada yang tidak mungkin," pungkas Suhendi.
Advertisement