Pelajar Yogya Bisa Ikut Bimbel Tanpa Takut Hujan dan Panas

Tak perlu repot-repot berangkat ke lembaga belajar, kini bimbel bisa diikuti hanya dengan modal ponsel.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Agu 2016, 16:05 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2016, 16:05 WIB
Bimbel Online
(Switzy Sabandar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kini pelajar di Yogyakarta tetap bisa mengikuti bimbingan belajar (bimbel) meski panas maupun hujan melanda. Tak perlu repot-repot berangkat ke lembaga belajar, kini bimbel bisa diikuti hanya bermodal ponsel.

Adalah lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang mengembangkan layanan bimbel dengan konsep online. Kelimanya adalah Nurul Ariatama Saputri, Oka Priambodo, Farichatul Chusna, Rahmat Hidayat, dan Ulfa Aulia Priardhani.

Namanya Whasab Bimbel atau Whasabbi. Produk yang berhasil lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ini serupa dengan bimbel pada umumnya.

Ada materi dan dialog yang terjadi antara mentor dengan siswa. Hanya saja, Whasabbi tidak membutuhkan kehadiran siswa secara langsung karena kelas dibuka via aplikasi whatsapp.

Bimbel yang dikembangkan ini ditujukan untuk pelajar SMA. Semua mata pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi diajarkan dalam materi bimbel.

(Switzy Sabandar/Liputan6.com)

Jumlah mentor yang terlibat ada sembilan orang, terdiri dari enam mahasiswa program sarjana dan dua orang program pascasarjana UGM.

Biaya bimbel pun jauh lebih murah jika dibandingkan dengan yang konvensional. Ada tiga paket bimbel yang ditawarkan, yakni paket satuan, IPA, dan IPS, dengan biaya mulai dari Rp 125.000 untuk delapan kali pertemuan selama 720 menit.

Oka Priambodo menuturkan latar belakang Whasabbi bermula dari fakta semakin meningkatnya aktivitas pelajar. Mereka tidak hanya disibukkan dengan kegiatan belajar akademik. Tetapi juga berbagai kegiatan lainnya di bidang nonakademik.

Menurut dia, keunggulan bimbel online ini adalah menghemat biaya transportasi sebab siswa tidak perlu pergi ke lokasi tempat belajar.

"Untuk mendapatkan pelajaran tambahan tidak perlu mengkhawatirkan soal jarak, cuaca, ataupun biaya. Belajar bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja," tutur Oka di Yogyakarta, 31 Juli 2016.

Bentuk bimbel, kata dia, berupa pembagian materi belajar dan dapat dikomunikasikan dua arah. Kelas dibagi dalam dua jenis, yakni kelas umum dan kelas khusus. Kelas umum maksimal berisi 100 siswa, sedangkan kelas khusus maksimal tiga siswa.

"Sampai dengan saat ini sudah ada 126 orang yang mendaftar," ucap Oka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya