Liputan6.com, Yogyakarta - Waryono tidak berniat mencari keuntungan finansial lewat kursus Bahasa Inggris yang didirikannya sejak 2009 lalu. Maka itu, ia hanya mematok biaya kursus sebesar Rp 5 ribu per sekali pertemuan.
Pria kelahiran Ciamis, 7 September 1977 itu menuturkan pendirian kursus berawal dari Speaking Club UGM pada 2002. Sejak 2009, ia dan kelompoknya mulai menarik iuran Rp 5.000 pada anggota.
Uang itu digunakan untuk mendanai operasional kelompok dan membantu anak kurang mampu. Iuran yang terkumpul itu dimanfaatkan untuk membeli meja, kursi, kipas angin dan papan tulis. Sistem tersebut terus berjalan hingga kini.
"Ada sebagian kita sisihkan untuk anak asuh kami. Masih ada charity sembari melengkapi yang kita butuhkan," ujar Yono saat ditemui Liputan6.com, Senin, 15 Agustus 2016.
Tempat kursus itu kemudian dinamai Englishopedia atas usulan seorang teman. Tidak seperti tempat kursus yang lain, Yono mengajar siswa di sebuah garasi di Jalan Pattimura Nomor 7 Kotabaru, Yogyakarta.
Garasi itu merupakan garasi bekas tempat ia kos. Karena sudah dianggap seperti anak sendiri, ibu kos Yono memberikan izin untuk menempati garasi sebagai tempat kursus Bahasa Inggris.
Baca Juga
"Tadinya ini parkiran garasi motor. Saya minta izin boleh dipakai, ya udah sudah dipakai sekitar dua tahunan ini," ujar dia.
Yono mengaku membuat kursus Bahasa Inggris dengan harga murah karena ingin memberi akses pada anak-anak yang tidak mampu secara ekonomi. Sebab di Yogya, kursus Bahasa Inggris termasuk kursus mahal.
"Saya tidak mau menggunakan kebodohan orang lain untuk mencari keuntungan karena dulunya saya orang miskin. Dulu ibu saya TKW. Perjuangan untuk kuliah lumayan ok di UGM D3, S1 di Sanata Darma," ujar dia.
Yono mengklaim meski murah, kualitas pengajaran di tempat kursusnya tidak kalah dari tempat mahal. Ia mengaku memiliki metode pengajaran berbeda yang selaras dengan cara otak bekerja. Kursusnya itu hanya terdiri dari dua level, yaitu intermediate dan advance.
"Metode ini pernah saya teliti, kata dosen saya ini dipatenin saja karena mengajarkan Bahasa Inggris menggunakan Bahasa Indonesia belum ada," ujar dia.
Bayar di Muka
Yono menggelar pertemuan setiap Senin dan Kamis mulai pukul 16.00 WIB sampai 21.00 WIB. Setiap murid harus membayar biaya pendaftaran Rp 10 ribu dan harus membayar 20 pertemuan di muka. Hal ini bertujuan agar ilmu yang diajarkan dapat membawa berkah bagi sesama.
"Awalnya free tapi kemudian nggak tertib. Teman-teman bilang, harus daftar Rp 10 ribu untuk seumur hidup dan ikut kursus harus datang 20 kali," jelas dia.
Yono menjelaskan kebanyakan muridnya merupakan mahasiswa dan umum. Sampai saat ini, jumlah siswa yang sudah diajarnya mencapai 500 orang. Bahkan, ada siswanya yang kini sudah berada di luar negeri.
"Orangtua ya biasanya. Kalau anak-anak mikir dua kali, mereka akan peduli dengan gengsinya. Kalau mahasiswa santai ae, ga peduli dengan tempatnya hanya peduli pendidikannya," ujar Yono.
Selama mengajar, ia berkesimpulan jika orang Indonesia memiliki kecerdasan luar biasa mempelajari Bahasa Inggris. Namun, mereka hanya kurang dalam cara pengucapannya. Sehingga, ia hanya sedikit memberikan dasar dan kekuatan berbicara bahasa Inggris.
"Ada namanya senam lidah. Kita ucapkan itu agar anak-anak mudah mengucapkan kata-kata Bahasa Inggris. Terpenting adalah tidak harus seperti British American tapi harus harus yakin yang kita ucapkan adalah benar," ujar dia.
Yono mengaku tidak mengetahui sampai kapan menjalankan usaha itu. Namun, ia ingin semangat memberi itu juga menular kepada murid-muridnya.
"Cukup itu lebih atau nggak lebih itu hanya kita yang tahu, tapi kalau beli rumah mobil yo nggak cukup," kata Yono saat ditanya soal pendapatan.
Advertisement