Merasakan Denyut Kehidupan Jawa di Desa Brayut Sleman

Untuk dapat menginap di desa wisata Brayut harus konfirmasi dua hingga tiga bulan sebelumnya.

oleh Yanuar H diperbarui 14 Sep 2016, 14:35 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2016, 14:35 WIB
Desa Wisata Brayut
Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Sleman - Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Kabupaten, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai dikenal sebagai tempat destinasi wisata. Bahkan untuk dapat menginap di sana harus konfirmasi dua hingga tiga bulan sebelumnya.

Tentunya, ada keunikan dari Desa Wisata Brayut ini hingga banyak wisatawan datang berkunjung ke sana. Ini tak terlepas dari peran Sudarmadi selaku Ketua Desa Wisata Budaya Brayut, Pendowoharjo, Sleman.

Sudarmadi menjelaskan untuk menjadi desa wisata seperti saat ini memiliki proses yang panjang. Ia memulai langkah membuat desa wisata sejak tahun 1999. Menjadi desa wisata seperti saat ini perlu proses yang panjang. Terutama dalam membangun pola pikir warga untuk menjadi desa wisata.

"Awalnya tahun 1999, butuh waktu dua tahun lebih kondisikan warga supaya mereka siap menerima tamu. Sekarang ini warga sudah sadar betapa penting kebersihan keramahan keamanan dan sebagainya itu penting desa wisata. Perilaku itu mulai dulu jadi membangun perilaku bukan fisiknya," ucap Sudarmadi di Sleman, Selasa, 13 September 2016.

Sudarmadi mengatakan saat ini warganya sudah memahami pentingya desa wisata. Selama ini desa ini sudah mendapat penghargaan sebagai desa wisata terbaik pada tahun 2011 sampai sekarang.

33 Desa Wisata

Desa Wisata Brayut
Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Liputan6.com/Yanuar H)

Menurut dia, saat ini mulai banyak desa wisata yang bermunculan di Yogyakarta. Kondisi ini berbeda dengan dirinya yang mulai membuka desa wisata pada tahun 1999. Saat itu hanya ada desa wisata di Brayut. Tapi sekarang Sleman mempunyai 33 desa wisata. Saat ini desanya termasuk desa dengan kunjungan wisatawan yang rutin.

"Sekarang kita dua tiga bulan harus call dulu. Kita sekarang kan ada desa wisata dengan kategori B dan A. Setelah itu kita dapat tamu untuk kelas menengah atas anaknya bos-bos mereka nyaman di rumah kami," ujar dia.

Sudarmadi mengatakan pada dasarnya dusun di Nusantara bisa jadi desa wisata asal dapat mengemas secara baik. Kemasan yang baik inilah dapat dijual dan menjadi potensi utama desa tersebut.

Seperti Desa Brayut, Sleman, yang menghadirkan suasana pedesaan terlihat dari rumah penduduk yang masih terjaga, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai homestay. Dari 150 kepala keluarga, Desa Brayut memiliki 20 homestay dengan kapasitas 120 orang.

"Jadi kita kondisikan jadi rapi bersih ramah aman itu akan jadi homestay yang bagus. Konsep homestay adalah menyewakan sebagian kamarnya salah satu syaratnya ada induk semangnya jadi ada nilai interaksi. Tidak hanya tidur," tutur dia.

Dengan menjadi desa wisata, para warga sekitar justru menjaga keaslian lingkungan mereka, terutama dari fisik dan nonfisik. Sudarmadi mengatakan jika sebelum menjadi desa wisata pihaknya sudah merintis desa budaya. Yaitu, desa budaya yang berbasis pertanian.

Aktivitas Unggulan

Desa Wisata Brayut
Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Liputan6.com/Yanuar H)

Menurut dia, desa budaya dan wisata ini meliputi berbagai aktivitas dan rutinitas warga. Justru aktivitas ini menjadi unggulan dari desa wisata, bahkan ada beberapa kegiatan yang dihidupkan kembali.

"Kita aktifkan kegiatan di Brayut seperti kenduri, belajar kuda lumping, kerajinan permainan tradisional. Sektor pertanian lebih dominan rumah tradisinal kampung kami terjaga. Arsitektur joglo, sinom, limasan, kampung sinom truk gepak, limasan pacul goang, dan lain-lain," Sudarmadi memaparkan.

Sudarmadi mengaku dengan menyuguhkan potensi wisata yang ada seperti menu makanan justru menjadi daya tarik wisatawan. Sayur pedesaan seperti lodeh, oseng-oseng, kenduri dihargai para tamu penting. Seperti halnya rombongan siswa sekolah tenar di Singapura yang menginap di Brayut. Mereka pun menikmati makanan khas Brayut dengan lahapnya.

"Artinya mereka suka dengan menu tadi. Mereka menuliskan di kertas, mereka bilang terima kasih Desa Wisata Brayut karena telah diperlakukan seperti bintang lima. bukan fasilitas. Seperti itulah keamanan kebersihan kalau dijaga kalau perlu itu jadi gaya hidup," ujar dia.

Menurut Sudarmadi, ada beberapa keuntungan menjadi desa wisata, di antaranya anak muda mulai melirik ini sebagai pekerjaan. Alhasil, anak muda di Brayut tidak banyak yang keluar kota untuk bekerja.

Menyerap Tenaga Kerja

Dengan demikian, desa wisata dapat menyerap tenaga kerja. Bahkan kini sektor wisata juga bisa menjadi sektor ekonomi masyarakat sekitar. Namun ia menegaskan bahwa proses seperti itu memerlukan waktu yang lama.

"Setelah lulus sekolah mereka menekuni desa wisata, mereka menemukan dapat rezeki dari desa wisata. Mas Wawan setelah lulus UTY (Universitas Teknologi Yogyakarta) jadi sekretaris kami. Kita bisa menahan anak muda tidak transmigrasi ke Jakarta, artinya kita menciptakan tenaga kerja baru. Pariwisata menjadi penghasilan di sektor kedua setelah tani," tutur dia.

Sudarmadi menjelaskan Desa Wisata Brayut sudah berusaha maksimalkan potensi warga yang ada. Dengan begitu, warga yang awalnya tidak bisa Bahasa Inggris saat ini beberapa di antaranya sudah mahir.

Mereka pun dapat dimanfaatkan sebagai pemandu wisata di desanya sendiri. Bahkan beberapa warga juga bisa berbahasa China dan Kanton. Namun, saat ini anak-anak dari Jakarta justru minta diajari Bahasa Jawa.

"Karena Bahasa Jawa kan penuh santun mulai dari kasar sampai halus. Ada dari Jakarta ada yang minta lagu-lagu Jawa. Ada 'Megatruk Wijil Sinom' itu justru mereka minta diajarkan karena penuh kearifan lokal, tapi lama-lama jadi daya tarik," Ketua Desa Wisata Budaya Brayut itu memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya