Ayam dan Bebek Siap-Siap Ngebir

Hasil penelitian pakar dari Semarang menyebutkan limbah miras bisa untuk pakan unggas.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Nov 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2016, 08:00 WIB

Liputan6.com, Semarang - Pakar nutrisi unggas Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, Luthfi Djauhari Mahfudz, menjajaki penggunaan limbah atau sisa produksi minuman bir untuk bahan baku pakan unggas.

Hasil penelitiannya menunjukkan, limbah bir dan minuman keras potensial menjadi alternatif pengganti jagung untuk bahan baku pakan ternak karena bisa difungsikan sebagai sumber energi.

Bahkan, kata jebolan Ph.D dari Kagoshima University Jepang itu, limbah dari produk minuman keras asal Semarang bermerek "Cap Tiga Orang" atau dikenal dengan "congyang" pun bisa digunakan.

"Tentu limbah minuman keras ini harus diolah dulu sampai kadar alkoholnya dan keasamannya hilang. Kalau diterapkan, industri tidak kesulitan membuang limbah karena bisa dimanfaatkan," katanya, Senin (28/11/2016), seperti dilansir Antara.

Ia menyebutkan setidaknya ada tiga bahan baku pokok untuk pakan ternak, yakni jagung paling dominan, yakni 50 persen, bungkil kedelai sekitar 10-15 persen, dan tepung ikan sebesar 7-10 persen.

"Untuk pengganti bungkil kedelai bisa digunakan limbah atau ampas kecap. Pabrik kecap ada di berbagai kabupaten/kota. Jadi, impor bahan baku bisa dikurangi meski tidak mungkin 100 persen," kata pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Undip itu di Semarang, Senin.

Yang jelas, kata dia, penggunaan limbah sebagai alternatif bahan baku pakan unggas itu bisa memberikan banyak keuntungan karena ketergantungan terhadap impor jelas jauh lebih berkurang.

Luthfi mengatakan industri perunggasan di Indonesia terus berkembang pesat, baik dari ilmu pengetahuan maupun teknologi.

Ia mencontohkan perkembangan ilmu genetika untuk pengembangbiakan ayam yang pada era 1978 untuk mengembangkan dari anak ayam hingga mencapai berat 1 kilogram membutuhkan waktu 60 hari.

Namun, pada 2015 seiring dengan perkembangan ilmu genetika, unggas ternyata hanya membutuhkan waktu 28 hari untuk mengembangkan bobot anak ayam hingga mencapai berat 1,5 kg.

"Sayangnya, ada beberapa kendala yang dihadapi industri perunggasan, yakni 80 persen bahan baku pakan masih impor," kata Luthfi yang akan dikukuhkan sebagai guru besar Undip itu hari Selasa (29/11).

Dengan kondisi itu, kata dia, industri perunggasan di Indonesia kurang memiliki daya saing secara global dan mudah terpengaruh dengan kondisi dunia, seperti nilai dolar AS dan stok barang.

"Atas dasar itulah, saya terpikir meneliti limbah yang bisa dijadikan sebagai alternatif bahan baku pakan ternak, baik limbah pertanian, industri pertanian, dan makanan minuman," pakar nutrisi unggas asal Undip Semarang itu memungkasi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya