Liputan6.com, Kupang - Ada pemandangan tak lazim begitu melewati jalan yang terletak di RT/RW 16/05, Kelurahan Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Terdapat deretan deretan pohon pisang persis di tengah jalan. Selain pohon pisang, ada juga sang saka merah putih yang dikibarkan.
Aksi itu merupakan bentuk protes warga atas ketidakpedulian pemerintah terhadap kondisi jalan yang sudah beberapa tahun belum teraspal.
"Sudah 2 tahun jalan ini belum diaspal. Selama ini hancur dan berlubang hingga sering terjadi kecelakaan," ujar seorang warga, Ferdinan Mbuik kepada Liputan6.com, Kamis 10 Agustus 2017.
Ferdinan mengatakan, pemerintah beberapa kali memperbaiki jalan itu tapi tak pernah tuntas. Jika kemarau datang, jalanan berdebu, sedangkan ketika musim hujan datang, kondisinya becek dan terdapat lubang di mana-mana.
Baca Juga
"Terakhir diperbaiki malah diberi tanah putih sehingga menyebabkan debu," kata Ferdinand.
Advertisement
Kondisi jalan tanah ini dinilai warga sangat membahayakan. Pengendara kendaraan bermotor rawan jatuh karena materi jalan lebih banyak batu kecil atau kerikil yang bisa membuat terpeleset.
Selain bentuk protes warga, penanaman beberapa pohon pisang dan pengibaran sang saka merah putih itu sebagai peringatan agar warga hati-hati.
"Dengan penanaman ini, semoga Pemerintah Kota Kupang lebih tanggap atas keselamatan warga," tegas Ferdinan.
Warga lainnya, Bento (45) mengaku warga sekitar juga terserang asma akibat kepulan debu dari jalan. Anaknya kini terserang asma akibat debu dari timbunan tanah putih itu.
"Anak saya sampai sakit dan sekarang masih dirawat di rumah sakit. Semua rumah warga juga dipenuhi debu," imbuh Bento.
Dia menambahkan, ada beberapa rekanan proyek yang sering melakukan pengukuran bahkan beberapa anggota DPRD sering berujung ke lokasi, namun hingga kini belum ada perbaikan.