Liputan6.com, Bone - Sumpang Labbu, terowongan berdinding batu cadas yang ada di Jalan Poros Kabupaten Maros-Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, merupakan jejak sejarah peninggalan Belanda.
Pembangunan awal terowongan Sumpang Labbu pun tak terpisahkan dengan cerita yang memilukan. Ribuan warga di Kabupaten Bone dipaksa oleh penjajah Belanda bekerja rodi untuk melubangi batu cadas membentuk terowongan yang saat ini dikenal dengan nama Sumpang Labbu.
"Cerita masa penjajahan dulu di mana batu cadas itu menghalangi jalur yang dibuat Belanda untuk menghubungkan Kabupaten Maros-Bone," kata Andi Amin (68) warga Kabupaten Bone, Sulsel, kepada Liputan6.com, Rabu, 16 Agustus 2017.
Advertisement
Untuk menghindari batu cadas itu tidak mungkin, sehingga kata Amin, satu-satunya jalan keluar yakni batu itu harus dilubangi menjadi terowongan. Dengan begitu pembuatan jalan penghubung tidak lagi terhalangi oleh batu cadas tersebut.
"Batu itu dilubangi dengan cara dipahat sedikit demi sedikit. Ribuan warga terlibat dalam pengerjaan yang cukup berat itu," ujar Amin.
Selama pengerjaan terowongan itu, ratusan nyawa pekerja melayang di mana tak diberi makan yang cukup selama pengerjaan berlangsung. Tak hanya itu, mereka ditembak jika didapati beristirahat sedikit saja.
"Penderitaan yang cukup parah dialami masyarakat dalam proses pembangunan terowongan itu. Wajar ketika ada yang kemalaman dalam perjalanan menuju Kabupaten Maros-Bone dan memilih beristirahat di tempat itu pasti mendengar suara-suara aneh," kata Amin.
Baca Juga
Terlepas dari cerita kelam itu, Amin mengatakan terowongan Sumpang Labbu yang memiliki panjang sekitar delapan meter dan lebar lima meter itu kini menjadi tempat favorit bagi pengendara jika melintas di jalur Maros-Bone untuk beristirahat.
"Di atas terowongan itu ada sebuah vila kecil untuk beristirahat. Jika naik di pagi hari atau sore hari kita dapat melihat langsung keindahan pegunungan yang berada di sepanjang Jalan Poros Maros-Bone itu. Pokoknya sangat indah," Amin mengungkapkan.
Tak hanya itu, sekalipun terowongan yang tepatnya berada di perbatasan Kecamatan Ulaweng dan Bengo Bone itu menjadi satu-satunya penghalang bagi truk ekspedisi barang.
Namun, jalur tersebut tetap menjadi primadona bagi para pengemudi truk ekspedisi karena akses yang paling dekat untuk menuju ke beberapa daerah yang terletak di bagian timur Sulawesi-Selatan, di antaranya ke Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
"Orang-orang yang akan menuju Sulawesi Tenggara pun juga pasti melaluinya jika ingin melalui Pelabuhan Bajoe yang ada di Bone menuju Kolaka di Kendari," ucap Amin.