Tinggi Anak-Anak Kupang Menyusut 48,7 Persen, Kok Bisa?

Penyusutan tinggi anak-anak Kupang terjadi saat mereka memasuki TK.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2017, 10:29 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2017, 10:29 WIB
Ilustrasi Tinggi Badan
Ilustrasi Tinggi Badan

Liputan6.com, Kupang - Peneliti sekaligus dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Ahmad Suryawan, mengungkapkan tinggi anak-anak di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kupang, berkurang menjadi 48,7 persen ketika memasuki usia Taman Kanak-Kanak (TK).

"Dari 32 bayi yang diteliti, berat badan normal atau sesuai usia yakni 81,3 persen dan tinggi badan normal sebesar 93,8 persen, dan itu normal. Tetapi saat memasuki usia TK, malah turun menjadi 48,7 persen," katanya di Kupang, dilansir Antara, Senin (13/11/2017).

Hal itu berdasarkan hasil penelitiannya yang dilakukan sepanjang hingga awal September 2017. Menurut dia, hasil itu merupakan hasil sementara sebab masih akan diteliti hingga 2018 nanti.

Di samping masalah tinggi anak, masalah lain adalah berat badan anak. Menurut dia, berat yang tadinya normal berkurang jadi 44,9 persen.

"Kita ambil sampel dari dua TK di Kota Kupang dan dari dua TK tersebut menunjukkan ada penurunan kualitas anak, sehingga menimbulkan stunting (pendek)," katanya.

Dengan hasil tersebut, ia berpendapat anak prasekolah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), berisiko mengalami gangguan pertumbuhan. Ia menyatakan hal itu tidak hanya terjadi di NTT saja, tetapi juga di seluruh Indonesia.

Untuk itu, tahap pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan suplemen nutrisi yang benar agar pada 2018 nanti pihaknya bisa melihat hasil dari pemberian suplemen tersebut dibantu dengan para petugas kesehatan dan kader kesehatan di setiap puskemas.

"Kita bersyukur karena keberadaan puskemas memberikan dampak yang positif bagi tumbuh kembang anak. Kalau tak ada puskemas, kami yakin berat dan tinggi badan anak usia TK akan turun sangat jauh," ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa usai penelitian ini, pihaknya akan melaporkan hasil penelitian tersebut kepada pemangku kebijakan. Harapannya, ke depan dapat memberikan jalan keluar bagi pemerintah untuk menangani kasus stunting (pendek) di NTT yang berada pada urutan pertama di Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan NTT Kornelis Kodi Mete merespons rencana itu dengan menunggu hasil laporan tersebut.

"Kita akan tunggu hasil penelitiannya bagaimana. Ini kan masih sementara. Jika sudah ada hasilnya, akan kami bicarakan demi membawa kesehatan anak-anak NTT menjadi yang lebih baik lagi," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya