Cerita Masjid Tanda Cinta dari Sang Raja Gorontalo

Sang Raja yang mendirikan masjid pertama di Gorontalo itu sempat mengucapkan sumpah adat begitu masjid berdiri dengan menyembelih babi.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 04 Jun 2018, 03:02 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2018, 03:02 WIB
Cerita Masjid Tanda Cinta dari Sang Raja Gorontalo
Sang Raja yang mendirikan masjid pertama di Gorontalo itu sempat mengucapkan sumpah adat begitu masjid berdiri dengan menyembelih babi. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Kota Gorontalo mempunyai sebuah masjid tua dan bersejarah, Masjid Hunto Sultan Amay namanya. Masjid yang dibangun pada 1495 masih berdiri kokoh dan menjadi masjid tertua di Provinsi Gorontalo.

Masjid Hunto terletak di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Masjid Hunto merupakan singkatan dari Ilohuntungo yang berarti perkumpulan atau basis Islam zaman itu.

Informasi yang dirangkum Liputan6.com, masjid ini didirikan oleh Sultan Amay, salah satu Raja Gorontalo yang memeluk Islam pertama kali. Raja Sultan Amay sebelumnya menganut animisme dan seluruh rakyat pun menganut paham tersebut. Begitu Beliau masuk Islam, seluruh rakyatnya mengikuti langkah sang raja untuk masuk Islam.

Masjid itu menjadi mahar yang diberikannya saat ia hendak menikahi Putri Boki Antungo, anak perempuan Raja Palasa Sulawesi Tengah. Kala itu, belum ada masjid sama sekali di Gorontalo.

Permintaan itu dipenuhi. Bersama-sama rakyatnya, ia membangun masjid di tanah seluas 12x12 meter persegi. Begitu masjid jadi, lamarannya direstui.

Sebelum pernikahan digelar, Raja Amay mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja Amay dengan terang-terangan mendeklarasikan diri telah memeluk agama Islam.

Raja lalu meminta seluruh pengikutnya untuk menggelar pesta yang meriah. Pada pesta tersebut Raja Amay meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan sumpah adat.

Tepat di halaman masjid yang kala itu baru saja dibangun, pesta dan sumpah adat dengan hidangan babi digelar. Darah babi dijadikan simbol sumpah adat yang diteteskan di dahi dengan isi sumpah bahwa pada hari tersebut merupakan hari terakhir rakyatnya memakan babi.

Usai prosesi sumpah adat, Raja Amay kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Pernikahan Raja Amay dan Putri Boki Antungo dilakukan di Mautong dan Masjid Hunto Sultan Amay menjadi hadiah pernikahan Raja Amay kepada istrinya.

 

 

Sumur Tua

Cerita Masjid Tanda Cinta dari Sang Raja Gorontalo
Sumur tua di dekat Masjid Hunto yang menjadi mahar pernikahan bagi Putri Boki Antungo, istri Raja Amay dari Gorontalo. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Kisah menarik lainnya seputar masjid tersebut adalah sumur tua yang berada di kawasan itu. Hingga kini, sumur masih digunakan oleh yang datang dan masyarakat sekitar. Posisinya terletak di samping kiri mesjid dan berdekatan dengan tempat wudu.

Sumur tua tersebut terbuat dari kapur dan putih telur Maleo dengan diameter lebih dari satu meter dan kedalaman air mencapai tujuh meter. Konon, sumur itu tidak pernah kering. Meskipun di Gorontalo sering dilanda kemarau panjang, tidak mempengaruhi kondisi airnya yang terus melimpah dan jernih.

Masyarakat setempat meyakini air sumur tua Mesjid Hunto Sultan Amay keramat dan sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.

Ketua Takmirul Masjid Hunto, Syamsuri Kaluku (67), mengatakan masjid kini menjadi destinasi wisata dan cagar budaya. Masjid bahkan menjadi tempat berkumpulnya masyarakat saat Ramadan, terutama jamaat tablig.

"Ini merupakan salah satu cagar budaya religi di Provinsi Gorontalo yang menjadi pusat tablig dan dakwah," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya