Jalan Panjang Menuju Pusat Bencana Kelaparan di Pedalaman Pulau Seram

Bantuan bagi warga korban bencana kelaparan di Pulau Seram memerlukan waktu minimal sehari semalam untuk didistribusikan.

oleh Abdul Karim diperbarui 24 Jul 2018, 09:31 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 09:31 WIB
Jalan Panjang Menuju Pusat Bencana Kelaparan di Pedalaman Pulau Seram
Bantuan bagi warga korban bencana kelaparan di Pulau Seram memerlukan waktu minimal sehari semalam untuk didistribusikan. (Dok. BPBD Kabupaten Maluku Tengah/Abdul Karim)

Liputan6.com, Ambon - Sesuai dengan penggolongannya, nama Suku Mausu Ane di Pulau Seram asing terdengar. Bencana kelaparan yang dialami warga suku tersebut membuatnya jadi perhatian. Apalagi, bencana itu sudah menelan tiga korban jiwa yang terdiri dari dua balita dan seorang lanjut usia, akhir pekan lalu.

Selain tiga orang tersebut, 170 warga suku Mausu Ane lainnya kini juga mengalami ancaman serupa. Penduduk hutan di Pulau Seram itu mengalami gagal panen akibat serangan babi hutan dan tikus di kebun mereka.

Pemkab Maluku Tengah kini berupaya mengirimkan bantuan untuk para warga lewat tim satgas yang dibentuk. Diperkirakan bantuan tiba di lokasi pada Rabu, 25 Juli 2018. Selain dari pemkab setempat, bantuan juga akan diserahkan oleh Kepolisian Daerah Maluku.

Kabid Humas Polda Maluku AKBP. Muh Ohoirat mengatakan 1 ton beras, 300 kilogram gula putih, 200 dus mi instan, dan obat-obatan akan dikirimkan bagi warga yang terkena bencana kelaparan. Bersamaan dengan itu, tim dokter juga akan diterjunkan ke lokasi bencana kelaparan.

"Penyerahan bantuan sesuai usul Kepala Desa akan dilaksanakan di Desa Siahari hari Kamis, 26 Juli 2018, sekitar pukul 12.00 WIT," kata Ohoirot dalam rilisnya, Senin malam, 23 Juli 2018.

Berdasarkan hasil pemetaan lokasi, para korban bencana kelaparan tinggal tersebar mengingat mereka hidup secara nommaden. Sebanyak 15 kepala keluarga tinggal di kawasan Lehaha, delapan kepala keluarga di Lukailite, dan 20 kepala keluarga di dataran Tehorana.

Lamanya pendistribusian bantuan disebabkan kondisi geografis. Lokasi tinggal warga suku terasing itu berada di Dusun Maneo yang jarak tempuhnya tiga jam dengan kendaraan dari Wahai atau delapan jam dari Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah. Itu pun harus dilanjutkan lagi berjalan kaki delapan jam ke desa terdekat.

Sementara itu, lokasi titik kumpul terdekat ke masyarakat terasing adalah di Kali Toahaku dengan rute perjalanan dari Polsek Seram Utara, rumah singgah jalan Dusun Soahari. Kali Touhaku dapat ditempuh dengan kendaraan dari Wahai selama tiga jam atau delapan dari Masohi.

"Mereka suku nomaden, berpindah-pindah tempat dan hanya dapat ditemui dengan perantaraan Raja Maneo," katanya.

Ia menyatakan, polisi sudah berkoordinasi dengan kades atau Raja Maneo, Nikolas Boiratan untuk mendiskusikan kebutuhan dan teknis penyerahan bantuan, termasuk membahas bantuan yang dibutuhkan masyarakat korban bencana kelaparan.

Penyerahan bantuan dari Polda Maluku akan dilakukan oleh Kapolres Maluku Tengah bersama Sat Brimob yang akan berangkat Rabu, 25 Juli 2018, dari Masohi dan bertemu Kepala Desa Maneo di Desa Wai Muse. Selanjutnya, rombongan bersama-sama ke lokasi untuk penyerahan bantuan di Desa Siahari.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya