Liputan6.com, Makassar - Nasib pedagang bendera musiman di Makassar, Sulawesi Selatan, menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Kemerdekaan RI tahun ini, sepertinya kurang beruntung.
Tak hanya daya beli masyarakat dan perkantoran menurun lantaran harga bendera naik disesuaikan dengan lonjakan harga bahan baku pembuatan bendera. Tahun ini, banyak pedagang musiman yang bermunculan sehingga persaingan cukup ketat.
Menurutnya, kondisi sekarang sangat berbeda dengan tahun kemarin karena pembeli menurun tahun ini.
Advertisement
Baca Juga
"Mungkin karena harga sedikit naik dan memang juga jumlah pedagang bendera musiman bertambah. Jadinya mereka memanfaatkan bendera yang lama meski warnanya sedikit pudar," ucap Anto (48), salah seorang pedagang bendera musiman yang mangkal di Jalan AP Pettarani, Makassar, Sabtu, 4 Agustus 2018.
Meski kondisinya demikian, Anto yang terbilang sudah menjajaki usaha musiman berjualan bendera selama 10 tahun, tak pernah mengalah. Berbagai upaya ia lakukan demi meraup untung dalam memanfaatkan momen peringatan HUT ke-73 RI.
"Selain memamerkan bentuk bendera yang unik, terpaksa bergadang sampai tengah malam untuk menunggu pembeli," ujar pedagang bendera musiman yang memiliki dua orang anak tersebut.
Saksikan Video Pilihan Di Bawah Ini:
Selain Saingan Ketat, Kerap Berhadapan dengan Satpol PP
Ia mengaku berdagang tahun ini cukup menantang. Selain persaingan ketat antarpedagang bendera musiman lainnya, lokasi tempat berdagang juga kerap menjadi incaran petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
"Sudah demikian memang. Apalagi tempat kita di sini memang di jalan protokol dan kendaraan dilarang berhenti," imbuhnya.
Jadi ketika ada pembeli, para oedagang melayani dengan cepat agar kendaraan pembeli tak lama memarkir. "Karena bisa ditegur oleh petugas," ungkap Anto.
Harga yang ia tawarkan untuk sebuah bendera, tergantung dari kualitas kainnya serta bentuk bendera yang diinginkan oleh pembeli.
Bendera standar itu harganya Rp 50.000 bisa negosiasi sedikit. Sedangkan bendera jenis embul-embul yang ukurannya besar dibanderol seharga Rp 160.000 dan juga tetap bisa ditawar. "Ya, terus terang untungnya sangat kecil," ujar Anto.
Ia mengatakan pula, mendapatkan dagangan bendera dari seorang distributor yang ada di Pulau Jawa dengan modal kepercayaan.
"Awalnya pakai modal, tapi setelah bertahun-tahun sudah berlangganan akhirnya sekarang saya diberi barang untuk dijual hanya dengan modal kepercayaan," Anto menandaskan.
Advertisement