Liputan6.com, Magelang - Banyak cara mengungkapkan nasionalisme. Seperti dilakuan sejumlah petani di dusun Sudimoro, Desa Gondang, Kecamatan Mungkid kabupaten Magelang. Agar tak lepas dari kebiasaan bergaul dengan lumpur sawah, mereka menggelar upacara bendera memperingati HUT Kemerdekaan ke - 73 di tengah sawah.
Wahyu, Kepala Desa Gondang bercerita bahwa upacara ini digelar bukan untuk sensasi. Namun memiliki tujuan agar warga desa tetap memiliki kebanggaan sebagai petani. Wahyu mengaku prihatin karena secara umum kaum muda, sudah jarang mau terjun ke sawah.
Advertisement
Baca Juga
"Anak-anak sekarang malah memperlakukan sawah sebagai sebuah spot foto saja. Jadi ketika sawah sedang diolah habis panen dan tidak menarik, anak-anak muda itu tak lagi tertarik datang ke sawah," kata Wahyu usai upacara bendera kepada Liputan6.com, Jumat, 17 Agustus 2018.
Jalannya upacara bendera sebenarnya biasa saja. Disampaikan dalam bahasa nasional, kecuali saat amanat pembina upacara. Wahyu sebagai pembina upacara menggunakan bahasa campuran agar mudah dipahami. Nasionalisme tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Ketika hendak mengibarkan bendera, tiga petugas terlihat tak canggung berbaris di dalam lumpur. Meski tak seluruhnya berprofesi sebagai petani, namun keseharian mereka sudah akrab dengan sawah dan lumpur.
"Kesulitannya ya baris berbaris tidak bisa sempurna seperti di daratan. Tapi niat kami tulus, termasuk menjaga agar bendera tidak terciprat lumpur. Nasionalisme kami tak tanggung-tanggung," kata Wahyu.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Simak viseo menarik pilihan berikut di bawah:
Â
Kembali ke Pangan
Para peserta upacara seluruhnya berada dalam lumpur. Mereka adalah warga dan seluruh ketua RT di desa Gondang.
Keseharian mereka tak seluruhnya berprofesi sebagai petani. Namun lingkungan tempat tinggal mereka memang berada di persawahan. Secara tak langsung kondisi ini mengakrabkan warga dengan tradisi petani.
"Sekali lagi, ini sebenarnya sebuah pesan bahwa jadi petani juga harus menjaga nasionalisme. paling tepat dengan meningkatkan produktivitas sehingga Indonesia tak perlu impor bahan pangan," kata Wahyu.
Wahyu berharap pada masa mendatang anak-anak muda kembali tertarik pada dunia pertanian. Mereka tetap menjadi petani meskipun petani modern dengan manajemen yang lebih modern.Â
Sawah memang identik dengan petani dan secara fotografis sangat menarik sebagai spot foto. Namun fungsi sawah harus dikembalikan sebagai tempat produksi pangan, bukan sebagai tempat sekadar berfoto-foto.
Advertisement