Liputan6.com, Bogor - Yenti Sulastri (44)Â masih menyimpan harapan adanya mukjizat putranya, Arif Yustian, gagal terbang atau bisa selamat dari kecelakaan Lion Air jatuh di perairan Karawang. Setiap malam, doa-doa ia panjatkan. Jika benar putra sulungnya menjadi korban, setidaknya ia bisa mengunjungi makamnya untuk menghapus rindu yang tak sempat ia sampaikan.
"Sudah sebulan Abang tidak pulang. Biasanya kalau saya kangen, Abang pulang, tapi bulan ini tidak sempat," kata Yenti Sulastri, saat ditemui di rumahnya, di Bogor, Jumat, 4 November 2018.
Hari keenam pascamusibah itu terjadi, rumah bercat biru di sudut gang sempit di Kampung Kelapa, Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih ramai dikunjungi oleh sanak saudara, tetangga, hingga kerabat bahkan teman sejawat. Satu persatu mereka datang untuk memberikan dukungan moril, bahkan menawarkan Yenti untuk membeli makanan, memastikan dia tidak lupa makan di tengah duka kecelakaan Lion Air jatuh yang menyelimuti keluarga sederhana tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Hampir tiap malam, tahlillan digelar selalu dipenuhi oleh tamu-tamu yang berempati atas kepergian Arif Yustian (20), pemuda yang dikenal baik lakunya, bertanggung jawab, dan menjadi harapan keluarga.
"Saya kehilangan teman curhat," kata ibu lima orang anak itu.
Dia membuka cerita sambil membawa sepiring donat bertabur cokelat yang baru saja dia masak di dapur rumahnya. Rona wajahnya ramah, bibirnya masih menyunggingkan senyum getir, tapi mata sembabnya tidak mampu ia sembunyikan. Sepertinya tadi malam dia tak henti-hentinya menangis untuk putranya yang masih hilang.
Istri dari Sariyoso (54) ini sudah bisa menerima kenyataan bahwa putra sulungnya ikut menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air dalam penerbangan dari Jakarta menuju Pangkal Pinang pada Senin (29/10) lalu.
"Saya merasa berdosa kalau saya menyebut dia almarhum, karena saya merasa dia masih ada, salah naik pesawat. Ada harapan, tiba-tiba anak saya bilang, 'Ma, Abang pulang,'" kata Yenti mencoba menghalau rindu.
Tidak Terdaftar di Manifes
Nama Arif tidak terdaftar di manifes penumpang Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610. Yenti berharap itu adalah mukjizat bahwa putranya batal naik pesawat nahas tersebut.
Senin pagi setelah mendengarkan "breaking news' di televisi, Yenti risau, jangan-jangan anaknya naik pesawat yang sama. Karena jadwal penerbangannya sama dengan jadwal yang disebutkan Arif.
"Anak saya itu baru pertama kali naik pesawat, katanya berangkat ke Bangka penerbangan pukul 06.20 WIB dari Jakarta," katanya.
Untuk menenangkan diri, Yenti mencoba mengerjakan salat Duha sembari meminta kepada Allah semoga putranya tidak menjadi korban.
Tak lama setelah mengerjakan salat, ada yang datang mengucapkan salam dari depan pintu. Perasaan Yenti mulai tak tenang, ketika tiga orang itu memperkenalkan diri sebagai perwakilan PT Skylab Pasifik Indonesia tempat Arif bekerja.
Kedatangan mereka untuk mengkonfirmasi keluarga Arif dan menyampaikan informasi resmi terkait kecelakaan pesawat yang dialami ketiga karyawannya. Selain itu juga memastikan keluarga mendapatkan informasi tidak simpang siur.
"Saya langsung lemas begitu tahu mereka dari kantornya Arif. Saya spontan langsung ngomong, anak saya kenapa, Pak. Benar anak saya jadi korban, Pak?" kata Yenti tercekat.
Belum usai kesedihannya mengetahui anaknya menjadi korban kecelakaan pesawat, kenyataan pahit kembali ia hadapi karena nama Arif tidak terdaftar di manifes penumpang Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610.
Jika Arif tidak terdaftar, kemungkinan besar keluarga tidak mendapatkan uang duka dan uang tunggu yang dijanjikan pihak maskapai. Namun, dengan bantuan perusahaan tempat Arif bekerja, keluarga mendapatkan haknya.
Sariyoso, ayah Arif, datang di pusat krisis ditemani perusahaan untuk menyerahkan data dan menjalankan tes DNA untuk memudahkan identifikasi korban. Bukti-bukti diberikan, baik kamera CCTV saat Arif hendak berangkat ke Jakarta, detik-detik sebelum menaiki pesawat, serta tiket pesawat atas nama Arif Yustian.
Jumat (2/11) kemarin Sariyoso sudah mendapatkan uang tunggu dari maskapai senilai Rp 5 juta. Kini keluarga masih menantikan jenazah Arif teridentifikasi, sambil menggelar tahlilan selama tujuh hari tujuh malam.
Sementara itu, proses evakuasi dari hari pertama hingga hari keenam di Tanjungpakis, Karawang, oleh Basarnas telah terkumpul 104 kantong jenazah dari lokasi kecelakaan.
Dari jumlah tersebut, 92 di antaranya sudah tiba di Rumah Sakit Polri Kramatjati, untuk dilakukan proses identifikasi dan rekonsiliasi.
Berdasarkan hasil identifikasi dan rekonsiliasi tim DVI Polri, sudah ada tujuh korban yang terindentifikasi, yakni Jannatun Cintya Dewi, Candra Kirana, Moni, Haizkia Jorry Saroinsong, Endang Sri Bagusnita, Wahyu Susilo, dan Fauzan Azima.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement