Kisah Ratu Jogja Mendongeng Monster Dur-Dur di Hutan Pinus Mangunan

Ada dua judul dongeng yang dibacakan oleh GKR Hemas, yakni Monster Dur-Dur dan Tumpeng Raksasa. Keduanya memiliki pesan moral yang berbeda.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Nov 2018, 05:04 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 05:04 WIB
GKR Hemas
GKR Hemas mendongeng di hadapan ratusan anak dan orangtua di hutan pinus Mangunan Bantul (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Ratu Jogja yang merupakan permaisuri Sultan HB X, GKR Hemas meluangkan waktunya untuk mendongeng di hadapan ratusan anak SD dan orangtua di panggung terbuka hutan Pinus Mangunan, Imogiri, Bantul, Minggu 11 November 2018.

Ada dua judul dongeng yang dibacakan oleh GKR Hemas, yakni Monster Dur-Dur dan Tumpeng Raksasa. Keduanya memiliki pesan moral yang berbeda.

Monster Dur-Dur bercerita tentang durian yang tidak panen selama dua musim di sebuah desa. Anak-anak berpikir durian tidak panen karena tidak ada monster Dur-Dur. Mereka mencari monster itu di kebun durian.

Setibanya di kebun durian, mereka bertemu dengan kakek pemilik kebun. Oleh sang kakek, anak-anak diajak ke kebun dan membersihkan sampah yang berserakan. Setelah kebun bersih, muncullah monster Dur-Dur.

Ternyata monster Dur-Dur adalah kumpulan kelelawar. Hewan ini diperlukan untuk membantu bunga durian menjadi buah. Selama ini pohon durian tak berbuah karena kebun kotor tertutup sampah.

Dongeng kedua yang dibacakan GKR Hemas bercerita tentang pembuatan tumpeng raksasa setinggi dua meter. Si pembuat tumpeng tidak sanggup membuat sendirian. Akhirnya, penduduk desa pun ikut membantu.

"Pentingnya gotong royong dalam mengerjakan sesuatu, sikap ini harus terus dibangun," ujar GKR Hemas.

Dongeng itu juga mengandung pesan dalam bergotong royong tidak boleh membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. Semua harus terbiasa bekerja sama tanpa membeda-bedakan jenis kelamin.

Dongeng Sarana Efektif Menyampaikan Nilai

GKR Hemas
GKR Hemas mendongeng di hadapan ratusan anak dan orangtua di hutan pinus Mangunan Bantul (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

GKR Hemas berpendapat dongeng menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan nilai. Anak usia satu sampai lima tahun sudah bisa diajarkan sesuatu.

Menurut GKR Hemas, rentang usia itu merupakan usia emas sehingga segala bentuk pengajaran mudah diserap. Sementara, untuk anak usia lima tahun ke atas, orangtua bisa mengajak bicara anak atau menyampaikan pesan dengan cara mendongeng.

"Dongeng yang dibawakan orangtua sendiri juga mengukuhkan keberadaan orangtua dan berkesan untuk anak," ucapnya.

Dongeng tidak terbatas, pesan yang disampaikan pun bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti makanan bergizi atau pentingnya menyikat gigi secara teratur.

GKR Hemas mendongeng dalam Pagelaran Dongeng Jogja dari serangkaian kegiatan Awicarita Festival 2018.

Kegiatan yang digagas oleh Rumah Dongeng Mentari bekerja sama dengan #akubaca ini bertujuan untuk berkontribusi kepada Indonesia dalam bidang literasi dan budaya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya